Produk BBM lainnya yang masih dikaji secara internal dan belum diputuskan sebagai lanjutan Program Langit Biru Tahap 2 adalah BBM RON 90 menjadi BBM RON 92, yakni Pertalite. Produk ini masih dalam tahap kajian internal di mana BBM jenis ini akan memakai campuran etanol 7 persen menjadi Pertamax Green 92.
BBM Ramah Lingkungan dari Sisi Aviasi
Demi mewujudkan net zero emission pada 2060, Pertamina juga telah memulai upayanya dari sisi aviasi atau penerbangan.
Untuk bisnis pesawat komersial, Pertamina mulai menyiapkan agar gas emisi buang dari mesin pesawat terbang semakin kecil dan mulai membiasakan diri memakai bioavtur. Di Indonesia, penggunaan bioavtur memanfaatkan komponen dari kelapa sawit yang diinisasi sejak tahun 2010.
Setelah dirintis pada tahun 2010, berselang 11 tahun atau 2021, PT Kilang Pertamina Internasional kini dapat membuat SAF J2.4 di Refinery Unit IV Cilacap, dengan menggunakan teknologi Co-Processing yang memakai bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO), atau minyak inti sawit.
Bahan ini diproses dengan pengolahan pemucatan, penghilangan asam lemak bebas dan bau, dengan kapasitas hingga 1.350 kilo liter (KL) per hari.
Setelah melakukan berbagai proses sehingga layak digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang, bioavtur digunakan oleh maskapai yang juga dimiliki oleh BUMN, yakni Garuda Indonesia. Penerbangan perdana komersil menggunakan biovatur telah dilakukan untuk rute Jakarta-Solo-Jakarta.
Sebelum dipakai secara komersial, penggunaan bioavtur dilakukan dalam berbagai pengujian, mulai dari cell test di fasilitas milik Garuda Maintenance Facility (GMF), ground run, hingga flight test pada pesawat militer CN-235 milik PT Dirgantara Indonesia.
Pengujian juga dilanjutkan dengan menerbangkan pesawat komersil milik Garuda Indonesia pada 4 Oktober 2023, yaitu pada pesawat Boeing 737-800 NG Garuda Indonesia. Produk Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) bakal dipasarkan dan didistribusikan melalui PT Pertamina Patra Niaga.
Baca Juga: Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF), Bukti Transisi Energi Industri Aviasi
Bangun Ekonomi Masyarakat melalui Program Desa Energi Berdikari
Untuk mempercepat pengurangan emisi dan peralihaan energi, Pertamina juga membuat berbagai program energi bagi masyarakat luas pada umumnya. Salah satu yang diusung Pertamina adalah Program Desa Energi Berdikari.
Program ini bertujuan untuk membangun kemandirian energi dan ekonomi masyarakat desa dengan berbasis energi bersih dan terbarukan seperti memanfaatkan tenaga surya, air, angin, dan biogas.
Program Desa Energi Berdikari sudah dijalankan sejak 2019 dan berhasil memanfaatkan 201.950 WP energi pembangkit tenaga surta, 605.300 meter kubik/tahun energi biogas dan gas metana, 8.000 watt energi mikrohidro, 6.500 liter energi biodiesel per tahun, dan 16.500 WP energi hibrida.
Desa Energi Berdikari berperan dalam pemenuhan kebutuhan energi masyarakat yang berdampak terhadap ekonomi 3.201 kepala keluarga. Program ini juga turut berperan dalam pemenuhan kebutuhan energi masyarakat dan memberikan dampak perekonomian bagi 3.201 kepala keluarga, dengan total efek berganda sebanyak Rp1,8 miliar per tahun.
Sampai dengan Oktober 2023, Desa Energi Berdikari telah menjangkau 63 desa di seluruh Indonesia dan dapat mengurangi emisi karbon hingga 565.978 ton setiap tahunnnya.
Berita Terkait
-
Transisi Energi Hijau, DPPU Adi Soemarmo Perdana Layani Pengisian Sustainable Aviation Fuel
-
Sustainable Aviation Fuel (SAF) Mengangkasa, Bioavtur Pertamina untuk Penerbangan Ramah Lingkungan
-
Pertamina Patra Niaga Lakukan Pengisian Perdana SAF untuk Penerbangan Komersil
-
Pertamina Trans Kontinental Kembangkan Pengelolaan Sampah Berbasis Energi Bersih
-
Nicke Widyawati Menjadi Bintang CSR di Indonesia Best Social Responsibility Awards (Besar) 2023
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Sama dengan Indonesia, Malaysia Kantongi Tarif 19 Persen dari Amerika Serikat
-
BPJS Kesehatan Luncurkan Gerak Sehat Prolanis: Dorong Masyarakat Aktif Cegah Penyakit Kronis
-
ASEAN dan China Upgrade FTA Versi 3.0, Hapus Hambatan Non-Tarif dan Buka Akses UMKM
-
Potensi EBT Melimpah, Pemerintah Sinkronisasi Aturan Soal Transisi Energi
-
Mau Lepas Ketagihan Impor LPG, Bahlil Mulai Proyek Hilirisasi Batu Bara Jadi DME pada 2026
-
Rupiah Dibuka Stagnan Pada Awal Pekan Ini
-
Ancaman Tarif AS Kian Nyata! BI Waspada, Aliran Modal Asing dari Emerging Market Terus Berfluktuasi
-
OJK Umumkan 5 Bank Telah Gulung Tikar
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
SPBU Pertamina Diminta Perbanyak Improvisasi Layanan, dari Toilet hingga Fasilitas Instagramable