Suara.com - Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS pada perdagangan jelang akhir pekan ini. Penguatan ini seiring investor mencermati dan mencerna hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang diadakan pada 16-17 Januari 2024.
Di awal perdagangan Jumat, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta dibuka naik tipis empat poin atau 0,02 persen menjadi Rp15.620 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.624 per dolar AS.
"Dalam rapat BI Januari 2024, Bl menekankan pentingnya menjaga stabilitas rupiah," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede seperti yang dikutip Antara, Jumat (19/1/2024).
Baca Juga: Saham Arkadia Digital Media (DIGI) Rebound, Menguat 7,69% Sore Ini
Akibatnya, banyak investor memperkirakan Bl akan mempertahankan BI-Rate lebih lama, yang pada gilirannya akan menjaga perbedaan suku bunga. Ekspektasi tersebut mendukung pembukaan rupiah yang lebih kuat pada sesi awal perdagangan.
Saat ini, suku bunga acuan BI atau BI-Rate masih dipertahankan di level 6 persen. Suku bunga deposit facility ditahan tetap di posisi 5,25 persen, dan suku bunga lending facility juga tetap sebesar 6,75 persen.
Josua memproyeksikan nilai tukar rupiah akan berkisar Rp15.600 per dolar AS hingga Rp15.700 per dolar AS.
Sementara itu, obligasi Pemerintah Indonesia diperdagangkan beragam meskipun rupiah menguat pada Kamis (18/1/2024), di tengah kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah Amerika Serikat.
Volume perdagangan obligasi Pemerintah Indonesia membukukan Rp17,93 triliun, lebih tinggi dibandingkan volume perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14,47 triliun.
Baca Juga: Sepanjang Tahun 2023, Transaksi Digital Banking RI Tembus Rp58 Ribu Triliun
Sementara, sentimen global datang dari indikator ekonomi AS yang mencatat angka yang lebih baik dari perkiraan.
US Housing Starts pada Desember 2023 membukukan 1,46 juta unit, lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 1,53 juta unit, namun masih tercatat lebih baik dari perkiraan sebesar 1,43 juta unit.
US Building Permits Desember 2023 naik menjadi 1,50 juta unit, lebih tinggi dari perkiraan 1,48 juta. Data tersebut menunjukkan bahwa sektor konstruksi AS tetap solid pada Desember 2023.
Klaim Pengangguran Awal AS pada 13 Januari 2024 turun menjadi 187 ribu dari 205 ribu, menandakan masih ketatnya pasar tenaga kerja di AS.
Sentimen dari indikator perekonomian AS mendorong imbal hasil Pemerintah AS tenor 10 tahun naik menjadi 4,14 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
Terkini
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Bank Mega Syariah Salurkan Pembiayaan Sindikasi Senilai Rp870 Miliar
-
PPN Buka Suara Soal Rencana Pemerintah Stop Impor Solar pada 2026
-
Tarif Ekspor Indonesia ke AS 'Dipangkas' dari 32% ke 19%, Ini Daftar Produk Kebagian 'Durian Runtuh'
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Fenomena Discouraged Workers: Mengapa Jutaan Warga RI Menyerah Cari Kerja?
-
Prabowo Mau Temui Donald Trump, Bahas 'Kesepakatan Baru' Tarif Dagang?
-
Di Balik Tender Offer Saham PIPA Oleh Morris Capital Indonesia
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Geliat Properti Akhir Tahun: Strategi 'Kota Terintegrasi' dan Akses Tol Jadi Magnet Baru