Suara.com - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengatakan boikot terhadap produk yang berafiliasi dengan Israel ini berimbas pada bisnis restoran lokal. Bahkan, boikot ini dianggap menggangung rantai pasok dari para suplier.
Wakil Ketua PHRI Bidang Restoran Emil Arifin merasa prihatin akan gerakan boikot yang semakin meluas. Dia melihat boikot ini merupakan salah alamat.
"Jadi, disebutkan kalau ada produk Israel yang dijual, padahal di sini nggak ada produk Israel yang didagangkan di restoran. Produknya, produk Indonesia semua. Pekerjanya Indonesia semua," ujarnya saat dihubungi yang dikutip, Selasa (25/6/2024).
Menurut Emil, selama dua tahun belakangan, industri restoran telah menghadapi tantangan yang berat akibat pandemi. Namun saat memasuk masa pemulihan, tapi dihadang dengan ancaman boikot ini.
baru mulai mengarah pada fase recovery.
"Kan udah Covid-19, ya. Tahun-tahun itu benar-benar tidak ada penjualan. Penjualannya sangat-sangat menurun di semua restoran. Nah, 2023 itu masa recovery baru mulai, sudah ditambah lagi oleh boikot. November itu mulai terasa dan terus masuk ke 2024, ekonomi kita tidak membaik dan tidak baik-baik saja," tegas dia.
Dalam hal ini, Emil ingin pemerintah bisa mengklarifikasi daftar tiap perusahaan maupun produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. Hal ini bertujuan mencegah terjadinya kegaduhan dalam masyarakat.
Selain itu, PHRI meminta pemerintah harus segera melakukan dialog sosial dengan masyarakat untuk mendiskusikan terkait produk-produk terafiliasi Israel ini.
Ini penting agar masyarakat bisa paham bahwa perusahaan-perusahaan multinasional di Indonesia itu memang melakukan bisnisnya secara profesional.
Emil menegaskan, restoran di Indonesia tidak ada yang terlibat dengan Israel dan para pekerjanya banyak yang beragama Islam dan sudah berusaha membantu Palestina.
Baca Juga: Setelah PHK Tokopedia, Pengusaha Pribumi Khawatir UMKM Lokal Kalah Saing dengan Produk Impor
"Tapi mereka tetap dicap negatif dan diboikot, padahal mereka, pekerja-pekerja yang membantu industri bertahan selama Covid-19. Jadi pekerja itu berjuang untuk supaya survive, tapi malah terus diboikot," pungkas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
Terkini
-
Kebiasaan Mager Bisa Jadi Beban Ekonomi
-
Jurus Korporasi Besar Jamin Keberlanjutan UMKM Lewat Pinjaman Nol Persen!
-
Purbaya Sepakat sama Jokowi Proyek Whoosh Bukan Cari Laba, Tapi Perlu Dikembangkan Lagi
-
Dorong Pembiayaan Syariah Indonesia, Eximbank dan ICD Perkuat Kerja Sama Strategis
-
Respon Bahlil Setelah Dedi Mulyadi Cabut 26 Izin Pertambangan di Bogor
-
Buruh IHT Lega, Gempuran PHK Diprediksi Bisa Diredam Lewat Kebijakan Menkeu Purbaya
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
IHSG Merosot Lagi Hari Ini, Investor Masih Tunggu Pertemuan AS-China
-
Ada Demo Ribut-ribut di Agustus, Menkeu Purbaya Pesimistis Kondisi Ekonomi Kuartal III
-
Bahlil Blak-blakan Hilirisasi Indonesia Beda dari China dan Korea, Ini Penyebabnya