Suara.com - Rencana presiden terpilih Prabowo Subianto yang akan mengkerek naik rasio utang Indonesia hingga 50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ditakutkan akan menimbulkan banyak gejolak fiskal, salah satunya terkait nilai tukar rupiah.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira memaparkan kenaikan rasio utang hingga 50% akan timbulkan banyak gejolak fiskal.
"Pertama, kepercayaan investor di pasar keuangan bisa turun karena kredibilitas kebijakan fiskal yang diragukan. Apalagi tujuan untuk mendorong rasio utang untuk program konsumtif seperti makan siang gratis," kata Bhima dikutip Senin (15/7/2024).
Yang kedua atas wacana ini akan menimbulkan risiko turunnya rating surat utang yang membuat bunga SBN akan melonjak hingga 100-300 bps dan membuat beban bunga di tahun berikutnya membengkak.
Ketiga, pembayar pajak baik pekerja dan pelaku usaha melihat kenaikan rasio utang akan berkorelasi dengan banyaknya pungutan pajak baru.
"Kalau utang naik, pajak akan tambah naik untuk imbangi kemampuan bayar utang," papar Bhima.
Keempat, pelemahan rupiah akan cukup dalam bisa menembus 18.000-19.400 per dollar AS karena kenaikan utang memicu pelebaran DSR (debt to service ratio) yang berarti kebutuhan valas untuk bayar bunga dan pokok utang dengan penerimaan valas makin tidak berimbang.
Asal tahu saja saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan hingga siang hari ini Senin (15/7/2024), dimana kurs rupiah spot melemah 0,25% ke Rp 16.178 per dolar AS dari posisi akhir pekan lalu di Rp 16.137 per dolar AS.
Sebelumnya adik kandung Prabowo, Hashim Djojohadikusumo mengatakan pemerintahan baru akan meningkatkan rasio utang hingga 50% PDB. Kebijakan ini dilakukan untuk mendanai program ambisius Prabowo, salah satunya makan bergizi gratis.
Baca Juga: Datangi Mabes Polri, Erick Thohir Minta Jenderal Listyo Sigit Kawal Ketat Piala Presiden 2024
"Idenya adalah untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan tingkat utang. Saya sudah berbicara dengan Bank Dunia dan menurut mereka 50% adalah tindakan yang bijaksana," kata Hashim dalam wawancara di London kepada Financial Times, dikutip Kamis (11/7/2024).
Menurut Hashim, Prabowo bersama wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka tidak akan mengeksekusi kebijakan ini tanpa didahului oleh kenaikan penerimaan negara baik melalui pajak, cukai, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dividen, royalti dan lainnya.
"Kami tidak ingin menaikkan tingkat utang tanpa meningkatkan pendapatan," tegasnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Aset Tanah Ade Kuswara Kunang Tersebar dari Bekasi, Cianjur Hingga Karawang
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra