Terkait situasi keuangan domestik, ekonom tersebut mengatakan lebih dari 46.000 bisnis telah bangkrut, sementara entitas yang lebih besar pun merasakan dampak finansial.
"Pelabuhan Eilat juga bangkrut, yang merupakan satu-satunya pelabuhan yang dimiliki Israel di Laut Merah," ujar Hever.
"Pariwisata berada di angka nol. Tidak ada pariwisata. Secara keseluruhan, investasi internasional di Israel hampir nol," sambung dia.
Kekhawtairan terbesarnya adalah sektor teknologi tinggi Israel yang merupakan bagian terpenting dari ekonomi Israel. Paalnya, sebagian besar dari perusahaan itu telah membuka opsi untuk pergi dari Israel karena khawatir tidak bisa beroperasi di Israel dalam kondisi saat ini
"Perusahaan teknologi tinggi ini menggunakan semua sumber daya untuk mencoba pindah lokasi. Mereka sangat khawatir bahwa mereka," katanya.
Para pengusaha pesimis Israel bisa mencapai kondisi damai dalam waktu dekat sehingga ekonomi tidak mungkin stabil. Sementara, pemerintah Israel juga berpotensi akan menyita properti mereka.
Menurut dia, banyak perusahaan Israel yang berusaha 'keluar' atau berinvestasi pada perusahaan di luar negara itu. Contohnya Wiz, perusahaan digital yang berharap segera diakusisi Google.
Sayangnya, Google nampaknya menarik minatnya seiring dengan ketatnya tekanan terhadap Israel yang berdampak pada afiliasi negara itu.
"Google membatalkan kesepakatan ini. Mereka tidak ingin melakukan investasi semacam itu," kata dia.
Ekonomi Israel, kata Hever, bekerja dalam keadaan darurat yang konstan, yang merupakan satu-satunya hal yang mencegah keruntuhan total.
"Orang-orang ingin ada pemilu. Mereka ingin ada proses penyelidikan semua korupsi dan kasus-kasus. Tapi selama situasi militer dan keamanan begitu sulit dan begitu dalam momen darurat, semua ini ditunda" ujarnya.
Pukulan lain terhadap ekonomi Israel adalah gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) global, yang menurut Hever tidak pernah sebanyak dan sekuat saat ini.
Israel, kata dia, berada di sekitar tahap ketiga dan terakhir sanksi. Sanksi tersebut bisa membuat perdagangan Israel dengan negara-negara lain kian terancam. Dampaknya terhadap ekonomi negara itu tidak main-main.
"Ekonomi Israel sangat bergantung pada perdagangan internasional dan perjanjian internasional. Mitra dagang terbesar mereka adalah Uni Eropa."
Keputusan Mahkamah Internasional pada 19 Juli menyatakan bahwa pendudukan Israel atas wilayah Palestina tidak sah dan "membantu pendudukan adalah kejahatan perang," ujarnya.
Berita Terkait
-
Genosida Berlanjut, 9 Anggota Keluarga Tewas dalam Serangan Brutal Israel di Gaza
-
Provinsi Gaza Utara Semakin Berbahaya, Israel Tutup Akses Masuk Air, Makanan dan Obat-obatan
-
Tegang! Kepercayaan AS pada Israel Merosot Tajam, Serangan Balasan Picu Krisis Diplomatik
-
Generasi Muda yang Berani Wirausaha: Kunci Masa Depan Ekonomi Indonesia
-
Kisah NGO di Lebanon Bertaruh Nyawa Selamatkan Hewan di Tengah Hujan Bom Israel
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
- 5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
- 5 Mobil Keluarga Bekas Kuat Tanjakan, Aman dan Nyaman Temani Jalan Jauh
- Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!
Pilihan
-
Tidak Ada Nasi di Rumah, Ibu di Makassar Mau Lempar Anak ke Kanal
-
Cuaca Semarang Hari Ini: Waspada Hujan Ringan, BMKG Ingatkan Puncak Musim Hujan Makin Dekat
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
-
4 Rekomendasi HP Layar AMOLED Paling Murah Terbaru, Nyaman di Mata dan Cocok untuk Nonton Film
Terkini
-
Danantara Sebut 90 Perusahaan Jumbo Ikut Tender Bangun Kampung Haji di Mekkah
-
Franchise & Property Talk 2025, Bisnis Air Minum Isi Ulang Ini Mengupas Konsep Investasi Ganda
-
Mendag Bantah Mentan soal Impor Beras Ilegal di Sabang dan Batam: Itu Kawasan Bebas!
-
Purbaya Buka-bukaan Alasan Penerimaan Pajak Rendah: Ekonomi Sudah Lesu Sejak 2024
-
Harga Pangan Hari Ini: Cabai dan Bawang Meroket
-
Alasan Manajemen Mendadak Rombak Jajaran Direksi KAI Commuter di Tengah Kasus Tumbler Ilang
-
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Mengundurkan Diri
-
Puji-puji Ratu Maxima Soal Layanan QRIS Milik Indonesia
-
BRInita Buktikan Keandalan Dukung BRI dalam Meraih Penghargaan CSR Internasional
-
Partai Komunis China Guyur Investasi Rp 36,4 Triliun ke Indonesia, Untuk Apa Saja?