Suara.com - Ekonom dan praktisi pasar modal Hans Kwee menyarankan agar Indonesia meningkatkan kerja sama perdagangan dengan negara-negara anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) sebagai respons atas kebijakan tarif impor tinggi yang diterapkan Amerika Serikat (AS). Menurutnya, langkah ini penting untuk membuka sumber pendapatan baru di tengah tantangan perdagangan global.
Hans Kwee menjelaskan bahwa kebijakan tarif impor AS dapat berdampak negatif terhadap perekonomian dan pasar keuangan Indonesia. Oleh karena itu, diversifikasi mitra dagang, khususnya dengan negara-negara BRICS, menjadi strategi penting untuk mengurangi ketergantungan pada AS.
"Indonesia perlu memperkuat perdagangan dengan BRICS untuk mencari peluang baru setelah penerapan tarif tinggi oleh AS," ujarnya dalam wawancara dengan Antara di Jakarta, Kamis.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang solid di antara negara-negara BRICS, kerja sama ini dapat menjadi alternatif untuk menjaga stabilitas ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global.
"Tentu kebijakan tarif ini negatif bagi ekonomi dan pasar keuangan Indonesia, apabila tidak segera diubah Trump," ujar Hans, dikutip dari Antara.
Menurut dia, kebijakan itu berpotensi menurunkan neraca ekspor Indonesia, sehingga dapat menurunkan surplus neraca perdagangan Indonesia ke depan.
"Pasti akan ada penurunan ekspor, dan mengurangi surplus perdagangan Indonesia," tuturnya.
Dalam penerapan tarif impor oleh AS itu, Hans memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan melemah, seiring dengan terjadinya penguatan dolar AS terhadap mata uang negara lain.\
"Dolar AS berpotensi menguat dan rupiah melemah," kata Hans.
Baca Juga: Riwayat Timnas Indonesia VS China, Siapa Lebih Sering Jadi Pecundang
Sementara itu, untuk pasar saham, ia memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi akan terkoreksi pada saat perdagangan Bursa, Selasa (8/4), mengikuti pelemahan bursa saham di tingkat global.
"Pasar saham berpotensi mengikuti pasar global terkoreksi," ujar Hans.
Presiden AS Donald Trump pada Rabu (2/4 atau 3/4 bagi waktu Indonesia) mengumumkan kebijakan baru berupa kombinasi tarif universal dan timbal balik yang akan berlaku untuk berbagai negara di dunia. Kebijakan ini mencakup tarif dasar sebesar 10% untuk semua negara, ditambah tarif tambahan bersifat "timbal balik" yang besarnya bervariasi tergantung mitra dagang.
Tidak hanya Indonesia, dalam pengumuman tersebut, Trump menyebutkan bahwa China akan dikenakan tarif tambahan tertinggi sebesar 34%, disusul oleh Vietnam (46%), Thailand (36%), dan Kamboja (49%). Sementara itu, beberapa mitra dagang utama AS seperti Uni Eropa (20%), Jepang (24%), Korea Selatan (25%), dan India (26%) juga dikenakan tarif signifikan. Indonesia sendiri termasuk dalam daftar negara yang terkena dampak, dengan tarif tambahan sebesar 32%, lebih tinggi dibandingkan Malaysia (24%) dan Inggris (10%).
Negara yang paling besar terdampak dari tarif Trump ini adalah China, yang diprediksi semakin memperuncing ketegangan ekonomi dan politik kedua negara. China dan Indonesia diprediksi akan membalas tarif yang diumumkan Trump tersebut.
Kebijakan ini sendiri dinilai sebagai upaya AS untuk melindungi industri domestik sekaligus menekan defisit perdagangan. Namun, langkah ini berpotensi memicu perang dagang dan menimbulkan gejolak di pasar global. Beberapa analis memprediksi bahwa negara-negara yang terkena tarif tinggi, termasuk Indonesia, akan mencari alternatif pasar ekspor atau memberlakukan pembalasan.
Berita Terkait
-
Soal Tarif Dagang Trump, Dasco: Jangan Sampai Indonesia Jadi Sasaran Tempat Pembuangan Negara Lain
-
Ekspor Bisa Turun dan Berujung Badai PHK, Hanif Dhakiri: Tarif AS Alarm Serius, Pemerintah Harus...
-
Donald Trump Umumkan Tarif Baru, DPR Desak Pemerintah Segera Konsolidasi Menyeluruh
-
Trump Telah Picu Perang Dagang, Ini Dampaknya Bagi Indonesia
-
Riwayat Timnas Indonesia VS China, Siapa Lebih Sering Jadi Pecundang
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
Bansos PKH Oktober 2025 Kapan Cair? Ini Kepastian Jadwal, Besaran Dana dan Cara Cek Status
-
Profil PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE), Ini Sosok Pemiliknya
-
BRI Ajak Warga Surabaya Temukan Hunian & Kendaraan Impian di Consumer BRI Expo 2025
-
TikTok Dibekukan Komdigi Usai Tolak Serahkan Data Konten Live Streaming Demo
-
Maganghub Kemnaker: Syarat, Jadwal Pendaftaran, Uang Saku dan Sektor Pekerjaan
-
Perusahaan Ini Sulap Lahan Bekas Tambang jadi Sumber Air Bersih
-
2 Hari 2 Kilang Minyak Besar Terbakar Hebat, Ini 5 Faktanya
-
IHSG Tutup Pekan di Zona Hijau: Saham Milik Grup Djarum Masuk Top Losers
-
Maganghub Kemnaker Dapat Gaji Rp 3.000.000 per Bulan? Ini Rinciannya