Bagi keluarga dengan berbagai kebutuhan elektronik, memprioritaskan penggantian yang penting sambil menunda yang lain membantu mengelola peningkatan biaya.
4. Baju
Sektor pakaian dan alas kaki menghadapi tekanan harga yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan tarif sebesar 34% untuk barang-barang Tiongkok. Lalu, 46% untuk produk-produk Vietnam, dan 37% untuk impor Bangladesh. Ketiga negara ini merupakan tulang punggung manufaktur pakaian murah untuk pengecer besar seperti Walmart dan Target. Dampaknya sangat terasa bagi keluarga kelas menengah yang mengandalkan pakaian impor yang terjangkau untuk mengelola pengeluaran rumah tangga.
Lanskap harga telah berubah secara dramatis, bahkan barang-barang penting seperti kaos oblong, celana jins, dan pakaian olahraga mengalami peningkatan persentase dua digit. Bagi konsumen, ini berarti mempertimbangkan kembali kebiasaan berbelanja—produsen pakaian dalam negeri, meskipun pada awalnya biasanya lebih mahal, mungkin menawarkan nilai yang sebanding.
Pasar pakaian bekas dan vintage memberikan alternatif lain, karena barang-barang ini memasuki negara tersebut sebelum tarif berlaku. Untuk kebutuhan pakaian penting, pembelian sebelum harga sepenuhnya mencerminkan dampak tarif menawarkan penghematan jangka pendek, meskipun strategi ini hanya menunda penyesuaian yang tak terelakkan terhadap biaya pakaian yang lebih tinggi.
5.Jangan perbaiki rumah
Renovasi dan perbaikan rumah menjadi jauh lebih mahal dengan tarif 25% untuk kayu dan baja Kanada. Bahan-bahan ini menjadi dasar sebagian besar proyek konstruksi dan perbaikan perumahan, sehingga dampak tarif hampir mustahil untuk dihindari. Bagi pemilik rumah kelas menengah, ini berarti mengevaluasi dengan cermat kebutuhan dan waktu proyek rumah.
Renovasi kosmetik yang tidak penting mungkin perlu ditunda hingga penyesuaian pasar terjadi atau bahan alternatif menjadi layak. Untuk perbaikan yang diperlukan, mengeksplorasi bahan alternatif (misalnya produk komposit sebagai pengganti kayu) dapat menawarkan nilai yang lebih baik di bawah struktur tarif baru.
Peningkatan biaya juga memengaruhi layanan konstruksi profesional, karena kontraktor membayar biaya material yang lebih tinggi kepada konsumen.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Roy Suryo Ikut 'Diseret' ke Skandal Pemalsuan Dokumen Pemain Naturalisasi Malaysia
-
Harga Emas Hari Ini: Antam Naik Lagi Jadi Rp 2.338.000, UBS di Pegadaian Cetak Rekor!
-
Puluhan Siswa SD di Agam Diduga Keracunan MBG, Sekda: Dapurnya Sama!
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
Terkini
-
Hendi Prio Santoso dan Kontroversinya, Pernah Tunjuk Diri Sendiri Jadi Wakil Komisaris
-
Menko Muhaimin Tegaskan Pentingnya BPJS Ketenagakerjaan, Dengar Aspirasi Pekerja Kreatif di NTT
-
Cek NI PPPK di Mola BKN Terkendala Error? Ini Solusinya
-
Isi Revisi RUU P2SK Baru: Pejabat BI Tidak Bisa Diberhentikan, Kecuali Gara-gara Ini
-
IHSG Berbalik Menguat, Cek Daftar Saham yang Cuan Pagi Ini
-
Kilang Minyak Dumai Pertamina Kebakaran, Operasional Terganggu?
-
Alasan Pemerintah Tak Naikkan Cukai Hasil Tembakau di 2026
-
Waduh, Fenomena Galbay di Pinjol Picu Perceraian Pasutri
-
Bank Indonesia Bakal Evaluasi Skema Bagi Beban dengan Pemerintah, Buat Biayai Program Prabowo
-
Shutdown AS Diabaikan, IHSG 'Pertahankan'Level 8.000 di Tengah Tekanan Jual Asing