Suara.com - Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto memproyeksikan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka pendek masih akan tertahan di kisaran 6.500.
Proyeksi ini didorong oleh tingginya ketidakpastian global akibat perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta masih tingginya aliran modal keluar (capital outflow) dari pasar saham tanah air.
“Mungkin (tertahan) sekitar 6.000-6.500, mungkin bisa sampai 6.600. Agak-agak susah sekarang soalnya fluktuasinya sangat tinggi. Ya mudah-mudahan dengan adanya intervensi tadi (IHSG) enggak di bawah 6.500,” ujar Rully dalam media day Mirae Asset Sekuritas di Jakarta menukil Antara, Kamis (17/4/2025).
Ia menjelaskan salah satu tekanan yang dirasakan pasar berasal dari menurunnya daya beli masyarakat dan kepercayaan konsumen.
Hal ini tercermin dari terus menurunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) kendati telah melewati periode bulan Ramadhan dan Lebaran.
Berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), IKK pada Maret 2025 tercatat sebesar 121,1, turun dari 126,4 pada Februari.
Ini merupakan penurunan tiga bulan berturut-turut dan menjadi level terendah sejak November 2024.
Menurut dia, biasanya periode Ramadhan dan Lebaran menjadi momentum bagi emiten sektor konsumsi dan ritel untuk mendongkrak kinerja.
Namun, pola tersebut tidak terjadi tahun ini, yang justru mengindikasikan lemahnya daya beli masyarakat, terutama kelas menengah.
Baca Juga: Badai PHK Mengintai: 1,2 Juta Pekerja RI di Ujung Tanduk Perang Tarif AS-China!
Pelemahan konsumsi seperti ini berdampak pada emiten yang bergerak di sektor ritel.
“Ini siklus yang seharusnya di kuartal I itu lebih bagus, tapi ini tidak terjadi. Saya khawatir mungkin kalau di kuartal I yang ada Lebarannya saja sudah jelek, bagaimana kuartal-kuartal berikutnya. Jadi ini kondisinya kurang bagus terutama untuk emiten-emiten di sektor konsumen, sektor ritel,” jelas Rully dengan nada pesimistis kepada awak media.
Di sisi lain, sektor komoditas yang biasanya menjadi penopang pasar juga mengalami tekanan. Harga batu bara, sawit dan nikel menunjukkan tren penurunan.
Sementara, saat ini hanya emas yang menunjukkan penguatan signifikan, baik sebagai komoditas maupun sebagai aset investasi.
“Jadi memang kita lihat dalam sepanjang tahun 2025 ini masih ada peluang yang mungkin dengan tren masih tinggi emas masih tetap tinggi. Bahkan kalau kita lihat dari forecast, itu (harga emas) bisa antara 3.500 (dolar AS per troy ounce) sampai 4.000,” terang Rully menambahkan.
Ia menyoroti bahwa salah satu emiten yang mencatatkan tren kenaikan saat ini adalah PT Aneka Tambang Tbk (Antam), yang bergerak di bidang pertambangan emas.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Perjanjian Dagang Terancam Batal, ESDM Tetap Akan Impor Migas AS
-
PLTU Labuhan Angin dan Pangkalan Susu Tetap Beroperasi di Tengah Banjir Sumut
-
Rupiah Kokoh Lawan Dolar AS pada Hari Ini, Tembus Level Rp 16.646
-
ESDM Mau Perpanjang Kebijakan Pembelian BBM Subsidi Tanpa QR Code di Aceh, Sumut, Sumbar
-
Danantara Rayu Yordania Guyur Investasi di Sektor Infrastruktur Hingga Energi
-
KB Bank dan Intiland Sepakati Pembiayaan Rp250 Miliar untuk Kawasan Industri
-
Klaim Asuransi Bencana Sumatra Nyaris Rp1 Triliun, Ini Rinciannya
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
Pindar dan Rentenir Bikin Ketar-ketir, Mengapa Masih Digemari Masyarakat?
-
Program MBG Jadi Contoh Reformasi Cepat, Airlangga Pamerkan ke OECD