Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data produksi beras untuk konsumsi pangan masyarakat pada periode Januari hingga Juni 2025 yang menunjukkan peningkatan signifikan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengungkapkan bahwa produksi beras pada paruh pertama tahun ini diperkirakan mencapai 18,76 juta ton. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan sebesar 1,89 juta ton atau 11,17 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
“Angka ini meningkat 1,89 juta ton atau 11,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” ujar Pudji Ismartini dalam konfrensi persnya, Jumat (2/5/2025).
Lebih lanjut, Pudji menjelaskan bahwa perkiraan peningkatan produksi beras ini sejalan dengan proyeksi produksi padi sepanjang Januari hingga Juni 2025. BPS mencatat, produksi padi dalam bentuk gabah kering giling (GKG) diperkirakan mencapai 32,57 juta ton. Angka ini juga mengalami kenaikan yang cukup substansial, yakni sebesar 3,27 juta ton GKG dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama di tahun 2024. Kinerja positif sektor hulu ini menjadi fondasi kuat bagi peningkatan ketersediaan beras di tingkat konsumen.
Analisis lebih mendalam terhadap data produksi padi GKG pada paruh pertama tahun 2025 menunjukkan kontribusi signifikan dari beberapa provinsi di Pulau Jawa. Pudji Ismartini memaparkan bahwa tiga provinsi dengan total produksi padi GKG tertinggi adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Kontribusi dominan dari ketiga provinsi ini menggarisbawahi peran penting Pulau Jawa sebagai lumbung padi nasional. Pemerintah diharapkan dapat terus memberikan dukungan kepada para petani di wilayah-wilayah ini untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan produktivitas mereka.
Secara lebih rinci, BPS juga menyoroti produksi padi pada bulan Maret 2025. Luas panen padi pada bulan tersebut tercatat mencapai 1,67 juta hektare, dengan perkiraan produksi padi sebesar 8,93 juta ton GKG. Angka ini menunjukkan lonjakan yang cukup besar, yakni meningkat 2,98 juta ton dibandingkan dengan produksi pada Maret 2024. Jika dikonversikan menjadi beras, produksi pada Maret 2025 diperkirakan mencapai 5,15 juta ton. Peningkatan ini sangat signifikan, mencapai 1,71 juta ton beras atau 49,90 persen lebih tinggi dibandingkan produksi beras pada Maret 2024 yang hanya sebesar 3,43 juta ton. Lonjakan produksi pada bulan Maret ini memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan produksi beras secara keseluruhan pada paruh pertama tahun ini.
Meskipun demikian, Pudji Ismartini juga memberikan catatan terkait proyeksi produksi beras pada periode April hingga Juni 2025. Berdasarkan data dan analisis BPS, potensi produksi beras pada periode tersebut diproyeksikan mencapai 10,15 juta ton. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 1,04 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Penurunan ini perlu menjadi perhatian pemerintah dan pihak terkait untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya dan mengambil langkah-langkah antisipatif guna menjaga stabilitas produksi beras di masa mendatang.
“Dengan demikian, produksi beras Januari-Juni 2025 diperkirakan mencapai 18,76 juta ton,” pungkas Pudji, kembali menegaskan capaian positif secara keseluruhan pada paruh pertama tahun ini. Kombinasi antara peningkatan produksi pada awal tahun dan potensi penurunan pada kuartal kedua menunjukkan dinamika sektor pertanian yang perlu terus dipantau dan dikelola dengan baik.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman telah menyampaikan keyakinannya bahwa produksi beras nasional pada tahun 2025 dapat mencapai 34 juta ton. Target ini bahkan melampaui target nasional yang ditetapkan sebesar 32 juta ton. “Ada keyakinan kami produksi tahun ini di atas daripada yang ditargetkan pemerintah,” ujar Menteri Amran di kantornya pada Sabtu (26/4) lalu. Optimisme Menteri Amran ini didasarkan pada berbagai upaya dan program yang telah dan akan terus dijalankan oleh Kementerian Pertanian untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian, termasuk di antaranya adalah program intensifikasi, ekstensifikasi, serta penyediaan sarana dan prasarana pertanian yang memadai.
Baca Juga: Diskon Beras Murah Meriah! Cek Daftar Harga Promo Hypermart Sekarang
Data yang dirilis oleh BPS ini tentu menjadi amunisi tambahan bagi keyakinan pemerintah terkait potensi produksi beras nasional. Peningkatan produksi pada paruh pertama tahun ini memberikan indikasi positif bahwa target yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian dapat tercapai. Namun demikian, tantangan tetap ada, terutama terkait dengan potensi penurunan produksi pada kuartal kedua.
Pemerintah diharapkan dapat segera melakukan analisis mendalam terkait penyebab potensi penurunan produksi pada periode April-Juni 2025. Faktor-faktor seperti perubahan iklim, serangan hama dan penyakit, ketersediaan pupuk, serta dinamika harga di tingkat petani perlu diidentifikasi dan dicarikan solusi yang tepat. Langkah-langkah antisipatif seperti penyediaan benih unggul tahan hama dan penyakit, pendampingan intensif kepada petani, serta stabilisasi harga pupuk dan hasil panen menjadi krusial untuk menjaga momentum positif produksi beras nasional.
Selain itu, sinergi antara BPS, Kementerian Pertanian, dan pihak-pihak terkait lainnya juga sangat penting dalam memastikan akurasi data dan efektivitas kebijakan di sektor pertanian. Data produksi yang akurat dan terpercaya menjadi landasan penting bagi pengambilan keputusan yang tepat dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Peningkatan produksi beras pada paruh pertama tahun 2025 ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap stabilitas harga beras di pasaran. Ketersediaan pasokan yang memadai diharapkan dapat menekan potensi kenaikan harga yang seringkali meresahkan masyarakat. Pemerintah juga perlu memastikan mekanisme distribusi yang efisien agar manfaat dari peningkatan produksi ini dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Pertamina Luruskan 3 Kabar Bohong Viral Akhir Pekan Ini
-
Lakukan Restrukturisasi, Kimia Farma (KAEF) Mau Jual 38 Aset Senilai Rp 2,15 Triliun
-
Bank Tanah Serap Lahan Eks-HGU di Sulteng untuk Reforma Agraria
-
Pindah Lokasi, Kemenhub Minta Pemprov Pastikan Lahan Pembangunan Bandara Bali Utara Bebas Sengketa
-
PLTP Ulubelu Jadi Studi Kasus Organisasi Internasional Sebagai Energi Listrik Ramah Lingkungan
-
Tinjau Tol PalembangBetung, Wapres Gibran Targetkan Fungsional Lebaran 2026
-
Harga Emas Antam Naik Lagi Didorong Geopolitik: Waktunya Akumulasi?
-
Menkeu Purbaya: Bos Bank Himbara Terlalu Bersemangat Jalankan Ide Presiden
-
BPJS Ketenagakerjaan-Perbarindo Tandatangani MoU, Berikan Perlindungan Jaminan Sosial Pegawai
-
Investor Asing Guyur Dana Rp 583,10 miliar ke Pasar Modal, IHSG Menghijau Selama Sepekan