Suara.com - Profil Contemporary Amperex Technology atau CATL, produsen baterai lithium-ion otomotif terbesar di China menjadi sorotan pascalarang investor Amerika Serikat (AS) membeli sahamnya. Hal ini mengindikasikan bahwa ketegangan geopolitik antara China dan Amerika Serikat meluas hingga ke pasar saham. CATL tak memberi tanggapan langsung, namun besar kemungkinan perusahaan yang memulai IPO pada Februari 2025 lalu tak mau berurusan dengan perdagangan bersama AS.
Dalam websitenya, CATL berkomitmen menjadi pemain global dalam menyediakan solusi teknologi energi terbarukan. CATL memulai kiprahnya pada 1999 sebagai produsen baterai litium dengan nama ATL. Sementara itu, nama CATL resmi digunakan pada 2011. Saat itu, perusahaan berpartisipasi dalam pembangunan proyek penyimpanan energi Zhangbei, yang mentransformasikan energi angin dan matahari terbesar di dunia pada saat itu. Setahun setelahnya, CATL memulai kemitraan strategis dengan BMW, perusahaan mobil Jerman, BMW.
Pada 2013 CATL berkembang dengan mendirikan basis produksi di Xining, sekaligus memulai produksi baterai untuk kendaraan listrik atau EV kendaraan komersial terbesar dunia, Yutong. Setelahnya, bisnis di bidang baterai kendaraan listrik terus berkembang. CATL memiliki lini usaha daur ulang dan regenerasi baterai. Anak perusahaan pun didirikan di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Jepang.
Sejak 2022, CATL menjadi perusahaan nomor wahid untuk volume konsumsi EV selama enam tahun berturut – turut dan peringkat pertama dunia untuk pengiriman baterai BESS. Pabrik di wilayah Yibin telah mendapatkan sertifikasi World Economic Forum sebagai pabrik baterai nol-karbol pertama di dunia dan terpilih sebagai anggota Global Lighthouse Network.
Setahun berikutnya, Contemporary Amperex Intelligence Technology (Shanghai) Ltd. (CAIT-SH), anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh CATL, dan Komite Manajemen Zona Pengembangan Ekonomi dan Teknologi Yichun mengadakan upacara penandatanganan untuk Proyek Basis Produksi Sasis Cerdas Terintegrasi (CIIC) CATL di kota Yichun, Provinsi Jiangxi, Tiongkok Tenggara.
CAIT-SH berkomitmen pada desain, produksi, penjualan, dan layanan CIIC. Menurut perjanjian tersebut, CAIT-SH akan membangun basis produksi CIIC pertama yang menampilkan teknologi CTC (Cell to Chassis) di Yichun, yang secara efektif akan mempromosikan komersialisasi teknologi CTC dan sasis skateboard CATL, sehingga mendorong pengembangan industri energi baru yang berkualitas tinggi.
Perang Dagang China – AS Makin Panas
Pelarangan investor AS membeli saham CATL bukan tanpa alasan. Perang dagang China – AS memanas. Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengonfirmasi bahwa dirinya telah berbicara dengan Presiden China Xi Jinping meski tak memberikan rincian mengenai topik yang dibahas.
Pernyataan Trump ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China. Pekan lalu, ia mengatakan bahwa dirinya tidak terburu-buru untuk berbicara dengan Xi guna meredakan perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.
Baca Juga: Sosok Pemilik Duta Palma Group, Ini Daftar Pemegang Saham Terbesarnya
Percakapan antara kedua pemimpin ini dipandang krusial untuk mencegah peningkatan atau penundaan tarif perdagangan yang semakin membebani kedua negara. Sebelumnya, sebelum Trump resmi menjabat, ia dan Xi sempat berdiskusi mengenai berbagai isu, termasuk TikTok, perdagangan, dan Taiwan. Saat ini, baik Gedung Putih maupun Kementerian Luar Negeri China belum memberikan komentar atas wawancara Trump dengan Fox News.
China baru-baru ini memberlakukan tarif tambahan terhadap sejumlah produk impor dari AS sebagai respons terhadap kebijakan tarif Trump yang mencapai 10% secara menyeluruh. Selain itu, Beijing juga memasukkan beberapa perusahaan AS, termasuk Alphabet (induk perusahaan Google), dalam daftar pengawasan untuk kemungkinan sanksi lebih lanjut.
Hubungan AS-China memang telah lama diwarnai ketegangan, mencakup isu tarif perdagangan, keamanan siber, Taiwan, Hong Kong, hak asasi manusia, serta asal-usul pandemi Covid-19. Pernyataan Trump mengenai pembicaraannya dengan Xi menambah dinamika baru dalam hubungan kedua negara, yang masih menghadapi berbagai tantangan dalam bidang diplomasi dan ekonomi.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni
Berita Terkait
-
Thom Haye Bongkar Fakta Mengejutkan! Lebih Suka Bali Dibanding Jakarta untuk TC Timnas Indonesia
-
Sederet Faktor Timnas Indonesia Terancam Tanpa 4 Pemain saat Hadapi China
-
Alhamdulillah Timnas Indonesia Punya Angin Segar Lawan China setelah Kena Sanksi FIFA
-
Gara-gara Bahrain, Timnas Indonesia Dapat Kerugian Lawan China
-
Microsoft Larang Karyawannya Pakai DeepSeek, Takut Data Tersimpan di China
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
-
Viral Video Syur 27 Detik Diduga Libatkan Oknum Dokter di Riau
-
Dokter Lulusan Filsafat yang 'Semprot' DPR Soal Makan Gratis: Siapa Sih dr. Tan Shot Yen?
-
Gile Lo Dro! Pemain Keturunan Filipina Debut Bersama Barcelona di LaLiga
Terkini
-
Gaji Tukang Masak MBG dan Pencuci Piring Nampan MBG: Bisa Capai 5 Jutaan?
-
Katalog Promo Superindo Spesial "Weekday": Diskon Minyak Goreng dan Sabun Hingga 50 Persen
-
Rupiah Mulai Menguat, Sesuai Prediksi Menkeu Purbaya
-
IHSG Dibuka 'Ngegas' Awal Pekan, Investor Tunggu Rilis Data Ekonomi Kunci
-
Anak Muda Jadi Kunci Penting Tingkatkan Literasi Keuangan, Ini Strateginya
-
Telkomsel melalui Ilmupedia Umumkan Pemenang Chessnation 2025, Ini Dia Daftarnya
-
Emiten PPRE Pakai Strategi ESG Bidik Kepercayaan Investor Global
-
Rupiah Meloyo, Ini Jurus Jitu BI, OJK, dan Bank Tingkatkan Pasar Keuangan
-
Waskita Karya Jual Saham Anak Usaha di Sektor Energi Senilai Rp179 Miliar
-
Industri Keuangan Syariah Indonesia Masih Tertinggal dari Malaysia