Suara.com - Saham Nissan Motor Co. justru mengalami kenaikan tajam hingga 5,5 persen dalam perdagangan awal Selasa, 13 Mei 2025. Padahal, perusahaan otomotif raksasa asal Jepang tersebut baru saja mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 10.000 karyawan.
Langkah tersebut merupakan bagian dari strategi restrukturisasi besar-besaran untuk mengatasi tekanan keuangan yang kian dalam.
Seperti dilansir Japan Times, Nissan, yang sedang berjuang di tengah kerugian besar dan tekanan pasar kendaraan listrik, telah mengonfirmasi upaya pemangkasan tenaga kerja globalnya mencapai 15 persen.
Ini termasuk pemangkasan 9.000 posisi yang telah diumumkan sebelumnya pada November, dan kini ditambah 10.000 posisi baru, menjadikannya total 19.000 pekerjaan yang tereliminasi.
Meski keputusan ini berpotensi berdampak sosial besar, pelaku pasar melihatnya sebagai sinyal kuat komitmen Nissan untuk menyelamatkan keuangan perusahaan, sehingga justru memicu optimisme investor.
Perusahaan yang masuk dalam 10 besar produsen mobil dunia berdasarkan volume penjualan ini diperkirakan akan mencatat kerugian bersih tahunan hingga USD 5,1 miliar, menjadikannya rekor kerugian tertinggi sejak krisis keuangan 1999-2000.
Nissan pada bulan lalu telah mengeluarkan peringatan laba, dengan estimasi kerugian antara 700 hingga 750 miliar yen untuk tahun keuangan 2024–2025.
Restrukturisasi ini datang setelah rencana penggabungan dengan Honda gagal terlaksana. Pembicaraan yang sempat dianggap sebagai penyelamat oleh para analis akhirnya terhenti pada Februari lalu, ketika Honda mengusulkan struktur integrasi yang menjadikan Nissan sebagai anak perusahaan, sebuah proposal yang ditolak oleh Nissan.
Seiring dengan kerugian yang membengkak, Nissan juga menghadapi berbagai hambatan lain, mulai dari persaingan ketat dengan produsen kendaraan listrik asal Tiongkok, tarif 25 persen atas kendaraan impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump, hingga penurunan permintaan di pasar-pasar utama seperti AS dan Eropa.
Baca Juga: Hary Tanoesoedibjo Siapkan Aksi Korporasi IPTV di Tengah Laba Anjlok
Lembaga pemeringkat Moody’s bahkan telah menurunkan status utang Nissan ke tingkat "junk bond" (obligasi sampah), dengan alasan profitabilitas yang melemah, serta portofolio model kendaraan yang mulai usang dan tak lagi kompetitif di pasar global.
Sinyal tekanan ini juga ditandai dengan keputusan Nissan membatalkan rencana pembangunan pabrik baterai senilai $1 miliar di Jepang selatan, yang sebelumnya disetujui, akibat "lingkungan bisnis yang sulit".
Di tengah semua itu, penunjukan CEO baru pada bulan Maret memberikan harapan akan arah manajemen yang lebih tegas dan fokus pada efisiensi operasional.
Mantan bos Nissan, Carlos Ghosn, yang pernah dianggap sebagai penyelamat perusahaan pada awal 2000-an, juga terus membayangi reputasi Nissan setelah ia ditangkap pada 2018 atas tuduhan pelanggaran keuangan dan kemudian kabur ke Lebanon dengan cara dramati, bersembunyi dalam kotak peralatan musik.
Analis dari Bloomberg Intelligence, Tatsuo Yoshida, memperkirakan bahwa Nissan akan menjadi produsen mobil Jepang yang paling terdampak oleh kebijakan tarif AS.
"Nissan secara historis lebih sensitif terhadap harga dibanding Toyota atau Honda, sehingga tidak bisa membebankan biaya tambahan ke konsumen tanpa kehilangan volume penjualan yang signifikan," kata dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Daftar Harga HP Xiaomi Terbaru Oktober 2025: Flagship Mewah hingga Murah Meriah
-
Kepala Daerah 'Gruduk' Kantor Menkeu Purbaya, Katanya Mau Protes
-
Silsilah Bodong Pemain Naturalisasi Malaysia Dibongkar FIFA! Ini Daftar Lengkapnya
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
Terkini
-
Cadangan Devisa Indonesia Makin Menipis Tembus Rp 2.469 Triliun
-
Dedi Mulyadi Tarik Donasi Rp 1.000 per Hari, Purbaya Sebut Bukan dari Pemerintah Pusat
-
IHSG Perkasa di Sesi I, Diprediksi Sentuh Level Ini
-
Usai Himbara, Giliran Bank Jakarta Kebagian Dana Purbaya Rp 10-20 Triliun
-
Begini Penjelasan Pakar Energi Soal Kandungan Etanol pada BBM Murni
-
IESR: Penguatan SDM Jadi Kunci Transformasi Sektor Energi Nasional
-
Purbaya Girang Pramono Mau Bangun Gedung Baru Bank Jakarta: Saya Enggak Keluar Uang
-
APBD Jakarta Dipangkas Hampir Rp 20 T, Menkeu Purbaya Guyon Masih Bisa Dipotong Lagi
-
Kepala Daerah 'Gruduk' Kantor Menkeu Purbaya, Katanya Mau Protes
-
Gubernur Bank Indonesia Sebut Tiga Pilar Bangun Ekonomi Syariah, Apa Saja?