Suara.com - Volvo Cars atau VOLCARb.ST akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 3.000 karyawannya.
Rencana ini merupakan bagian dari strategi restrukturisasi yang diumumkan perusahaan otomotif tersebut sejak bulan lalu.
Keputusan ini diambil karena perusahaan saat ini sedang menghadapi tekanan keuangan yang cukup berat.
Masalah keuangan Volvo Cars disebabkan beberapa faktor utama, yakni tingginya biaya akibat tarif impor dari pemerintahan Trump, penurunan permintaan kendaraan listrik global dan ketidakpastian perdagangan internasional.
Mirisnya, langkah PHK yang dilakukan tersebut terjadi di tengah upaya Volvo untuk mengangkat kembali nilai sahamnya yang sempat merosot tajam.
CEO Hakan Samuelsson, yang kembali memimpin perusahaan sejak April 2025 setelah sebelumnya menjabat selama satu dekade hingga 2022, meluncurkan program efisiensi biaya senilai USD 19 miliar.
Pemangkasan Staf Kerah Putih
Salah satu langkah besar dalam program tersebut, yakni pemangkasan jumlah staf kerah putih, yang mencakup 40 persen tenaga kerja perusahaan.
"Ini terjadi di hampir semua bidang—termasuk R&D, komunikasi, dan sumber daya manusia. Ini pengurangan yang cukup besar," ujar Samuelsson mengutip Reuters, Selasa, 27 Mei 2025.
Baca Juga: Marak PHK, Industri Media dan Kreatif Merana Imbas Aturan Pemerintah
Ia juga menambahkan bahwa langkah tersebut akan memberi ruang bagi pegawai untuk mengambil tanggung jawab lebih besar dan meningkatkan efisiensi secara menyeluruh.
CFO baru Volvo Cars, Fredrik Hansson, mengungkapkan bahwa seluruh departemen dan lokasi akan terdampak PHK.
Namun, sebagian besar pengurangan akan terjadi di Kantor Pusat Volvo yang berada di Gothenburg, Swedia.
“Ini dirancang untuk membuat kami lebih efisien secara struktural. Meskipun efeknya bisa berbeda-beda tergantung pada area, tidak ada satu pun bagian yang dikecualikan,” kata Hansson.
PHK ini mewakili sekitar 15 persen dari staf kantor pusat, dengan biaya restrukturisasi satu kali sebesar 1,5 miliar Crown Swedia.
Dengan produksi yang berpusat di Eropa dan Tiongkok, Volvo Cars lebih rentan terhadap tarif impor dari Amerika Serikat dibandingkan pesaingnya di Eropa.
Berita Terkait
Terpopuler
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
- Jepang Berencana Keluar dari AFC, Timnas Indonesia Bakal Ikuti Jejaknya?
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- Daftar HP Xiaomi yang Terima Update HyperOS 3 di Oktober 2025, Lengkap Redmi dan POCO
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
Pilihan
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
Terkini
-
Pemerintah Tegaskan: Gunung Lawu Tak Masuk Area Kerja Panas Bumi
-
Mengubah Daster Jadi Fashion Elegan, UMKM Binaan BRI Findmeera Buktikan Perempuan Bisa Berdaya
-
PNM & Menteri PKP Berikan Pembiayaan Terjangkau untuk Renovasi Rumah Usaha Nasabah Mekaar di Malang
-
Merdeka dari Kegelapan, Cerita Warga Musi Banyuasin Akhirnya Nikmati Terang Lewat BPBL
-
Cara Mengecek BLT Rp900 Ribu Oktober 2025, Kapan Cair? Ini Jadwal Penyalurannya
-
Cakap Digital, Bijak Finansial: Sinergi Suara.com dan Bank Jago untuk Tingkatkan Kualitas Guru
-
Guru Besar UGM Prof Nindyo Pramono: Kerugian BUMN Bukan Korupsi, Asal Penuhi Prinsip Ini
-
Pengusaha Logistik Catat Pengiriman Barang Besar Tumbuh Double Digit
-
Suara.com Gandeng Bank Jago, Ajak Guru Cerdas Kelola Finansial dan Antisipasi Hoaks di Era Digital
-
Siapa Pemilik Indonesia Investment Authority? Luhut Usul Dana Rp50 Triliun untuk INA