Suara.com - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), masih terperangkap di zona merah pada perdagangan Kamis, 19 Juni 2025. IHSG dibuka di level 7.107.
Mengutip data RTI Business, hingga pukul 09.03 WIB, IHSG masih anjlok menuju level 7.099 atau turun 7,79 poin, secara presentase turun 0,11 persen.
Pada perdagangan waktu itu, sebanyak 887,82 juta saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp 577,74 miliar, serta frekuensi sebanyak 65.226 kali.
Dalam perdagangan hari ini, sebanyak 169 saham bergerak naik, sedangkan 182 saham mengalami penurunan, dan 242 saham tidak mengalami pergerakan.
Adapun, beberapa saham yang mendorong penguatan IHSG waktu itu diantaranya, ASPI, SULI, LABA, BKSL, PTMR, AMMS, KRYA, INDY, MTWI, NINE, KEEN, DMMX, NICL.
Sementara saham-saham yang mengalami penurunan tajam di perdagangan waktu itu diantaranya, OBAT, GPRA, SURI, SATU, INAI, TMPO, MBSS, SMIL, NZIA, JAWA, PMMP, HALO, TOBA, IKAN.
Proyeksi IHSG
IHSG berpeluang mengalami rebound secara teknikal dalam jangka pendek pada Rabu, 19 Juni 2025, setelah kemarin terkoreksi hingga 0,67 persen dan ditutup di bawah level 7.100.
Berdasarkan analisis teknikal, level support IHSG berada pada rentang 7.050–7.070, sementara resistance di area 7.120–7.180.
Baca Juga: IHSG Bisa Bangkit dari Zona Merah, Ini Saham Pilihan Hari Ini
CFP Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, menjelaskan koreksi IHSG kemarin disertai aksi jual bersih investor asing (net sell) senilai sekitar Rp 689 miliar.
Saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing antara lain BBCA, AMMN, PGEO, ADRO, dan BRMS. "Setelah IHSG menguji level support di 7.100, ada peluang untuk terjadinya technical rebound dalam jangka pendek pada perdagangan hari ini," ujarnya dalam riset harian yang dikutip, Senin (19/6/2025).
Dari sisi global, pasar saham Amerika Serikat (AS) ditutup hampir stagnan pada perdagangan Rabu (19/6), dipengaruhi oleh pernyataan terbaru dari Ketua The Federal Reserve, Jerome Powell. Powell memperingatkan bahwa inflasi harga barang kemungkinan akan meningkat selama musim panas akibat kebijakan tarif yang diberlakukan Presiden Donald Trump, yang berdampak langsung pada konsumen.
Indeks Dow Jones Industrial Average terkoreksi tipis 0,10 persen, S&P 500 turun 0,03 persen, sementara Nasdaq Composite justru menguat 0,13 persen. Meski The Fed mempertahankan suku bunga acuannya, prospek pemangkasan suku bunga pada tahun ini semakin kabur karena sebagian pembuat kebijakan memperkirakan tidak ada penurunan suku bunga sama sekali.
Saham-saham yang mencatatkan pergerakan signifikan di Wall Street antara lain Circle Internet, yang melonjak 33,8 persen usai Senat AS meloloskan RUU regulasi stablecoin, serta Nucor yang naik 3,3 persen setelah memproyeksikan laba kuartal II/2025 melampaui ekspektasi analis.
Dari kawasan Asia, mayoritas bursa saham menunjukkan kecenderungan melemah pada perdagangan Rabu (18/6), terutama dipicu oleh ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok