Suara.com - Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) kembali terkoreksi pada perdagangan hari ini, jatuh ke level Rp 1.890.000 per gram.
Angka ini mencatatkan pelemahan sebesar Rp 7.000 dibandingkan posisi kemarin di Rp 1.897.000 per gram, merefleksikan dinamika pasar global yang kompleks.
Kesimpulan:
- Harga emas Antam hari ini, 20 Agustus 2025, turun Rp 7.000 menjadi Rp 1.890.000 per gram.
- Pelemahan ini disebabkan oleh penguatan dolar AS dan sikap investor yang menunggu sinyal kebijakan dari The Fed.
- Penurunan harga jangka pendek dapat menjadi peluang beli bagi investor jangka panjang yang memandang emas sebagai aset lindung nilai.
Koreksi harga ini menjadi perhatian serius para investor yang mengandalkan emas sebagai aset lindung nilai (safe haven), mendorong mereka untuk mengevaluasi kembali strategi investasi jangka pendek.
Dolar AS dan The Fed
Pelemahan harga emas kali ini tidak terlepas dari dua faktor eksternal yang signifikan.
Pertama, pergerakan nilai tukar dolar Amerika Serikat.
Indeks dolar AS yang terus menguat membuat harga emas, yang diperdagangkan dalam dolar, menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Akibatnya, permintaan global terhadap logam mulia cenderung menurun, memberikan tekanan ke bawah pada harga komoditas.
Baca Juga: Kilau Emas Antam Redup! Kini Turun Tajam Sentuh Rp1,89 Juta per Gram
Kedua, perhatian investor global saat ini sedang tertuju pada agenda krusial bank sentral AS, The Federal Reserve.
Simposium tahunan The Fed menjadi fokus utama, di mana pasar menantikan pidato dari Ketua The Fed, Jerome Powell, untuk mencari petunjuk mengenai arah kebijakan moneter ke depan.
Sinyal terkait suku bunga acuan sangat memengaruhi daya tarik emas sebagai aset investasi non-imbal hasil.
Ketika suku bunga cenderung tinggi, instrumen investasi lain yang menawarkan imbal hasil seperti obligasi menjadi lebih menarik, membuat emas sedikit terpinggirkan.
Sentimen Investor
Sikap investor yang cenderung menunggu (wait and see) turut berkontribusi pada pelemahan harga. Banyak pelaku pasar menahan diri dari transaksi besar sebelum ada kejelasan arah kebijakan dari The Fed.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Dugaan Korupsi Miliaran Rupiah, Kejati DIY Geledah Kantor BUKP Tegalrejo Jogja
-
Fakta-fakta Gangguan MRT Kamis Pagi dan Update Penanganan Terkini
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
Terkini
-
Syarat dan Cara Pengajuan KUR Syariah di Pegadaian
-
Menkeu Purbaya Ubah Aturan Kompensasi Bantu Arus Kas Pertamina dan PLN
-
Awas! Lebih dari 3.000 Bus Tak Layak Jalan di Momen Libur Nataru
-
RDMP Kilang Balikpapan Ditargetkan Beroperasi Pertengahan Desember
-
Butuh Waktu 8 Bulan, Bagaimana Proses Pengujian BBM Bobibos?
-
Saham Grup Bakrie dan GOTO Banjir Jual Bersih, BUMI Menjadi Top Seller
-
Emiten Kosmetik MRAT Gaet Restock untuk Digitalisasi Gudang
-
Penggunaan Dompet Digital Makin Luas, Tak Hanya Buat Bayar Makanan dan Belanja
-
Cara Refund Tiket MRT: KMT dan Tiket Digital
-
Harga Minyak Dunia Kembali Mendidih, Gegara Aksi AS Mau Akhir Perang Rusia-Ukraina