-
Disiplin, analisis data lebih penting daripada cari waktu sempurna investasi
-
Volatilitas kripto dipengaruhi suku bunga, halving, dan psikologi investor
-
Strategi Dollar Cost Averaging (DCA) bantu investor hadapi risiko volatilitas
Suara.com - Menjelang akhir tahun, pasar kripto kembali menjadi sorotan. Volume perdagangan global meningkat signifikan dalam beberapa bulan terakhir, sehingga menimbulkan pertanyaan kapan waktu yang tepat untuk berinvestasi.
Namun menurut Upbit Indonesia, alih-alih mencari waktu yang dianggap paling sempurna, investor sebaiknya memahami faktor-faktor yang memengaruhi pasar dan menerapkan strategi yang disiplin serta berbasis data.
Ada sejumlah hal yang membuat momen tertentu lebih menarik untuk masuk ke pasar aset digital. Faktor global seperti suku bunga bank sentral, inflasi, hingga kebijakan moneter kerap menjadi pemicu perubahan minat investor terhadap aset berisiko.
Di sisi lain, dunia blockchain juga memiliki event besar seperti halving Bitcoin, peluncuran proyek baru, atau pembaruan jaringan yang seringkali mendorong kenaikan harga.
Tak kalah penting, tren pasar dan psikologi investor turut berperan melalui fenomena Fear of Missing Out (FOMO) maupun Fear, Uncertainty, and Doubt (FUD) yang dapat menyebabkan harga bergerak sangat cepat. Selain itu, pasar kripto juga memiliki pola musiman di mana pada periode tertentu volume perdagangan dan harga menunjukkan kecenderungan yang berbeda.
Dalam menanggapi fenomena ini, Resna Raniadi, Chief Operating Officer Upbit Indonesia, menekankan bahwa memahami pola historis tidak boleh membuat investor melupakan risiko.
"Data historis memang menunjukkan adanya kecenderungan tertentu, misalnya kenaikan menjelang akhir tahun. Tetapi, pola di masa lalu tidak pernah menjadi jaminan hasil di masa depan. Karena itu, disiplin dan analisis data jauh lebih penting bagi investor daripada sekadar mengejar momen," ujar Resna seperti dikutip, Senin (29/9/2025).
Resna menambahkan, menentukan waktu terbaik untuk berinvestasi tidak berarti harus menunggu bulan tertentu. Strategi yang konsisten justru lebih efektif untuk menghadapi volatilitas kripto.
Salah satu pendekatan populer adalah Dollar Cost Averaging (DCA), yakni membeli aset kripto secara rutin dengan nominal tetap tanpa terpengaruh fluktuasi harga.
Baca Juga: 5 Aplikasi Crypto yang Legal di Indonesia
Investor juga dapat memantau kalender kripto untuk mengetahui agenda penting, memanfaatkan koreksi harga sebagai peluang masuk pasar, serta menggabungkan analisis historis dengan sentimen pasar untuk membuat keputusan yang lebih bijak.
Resna menegaskan,keberhasilan investasi tidak semata ditentukan oleh kemampuan membaca waktu.
"Waktu memang dapat memberikan keuntungan, tetapi disiplin dan manajemen risiko memiliki peranan yang lebih penting. Melalui strategi seperti DCA, investor dapat meminimalkan risiko salah momentum sekaligus membangun portofolio yang lebih berkelanjutan," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Rumahnya Dijadikan Tempat Kebaktian, Apa Agama Krisna Mukti?
- Tak Cuma di Indonesia, Ijazah Gibran Jadi 'Gunjingan' Diaspora di Sydney: Banyak yang Membicarakan
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Adrian Gunadi Telah Ditangkap, Daftar Tersangka Kasus di Sektor Keuangan yang Masih Buron
-
Antam Impor 30 Ton Emas dari Singapura dan Australia
-
IHSG Ditutup Menghijau ke Level 8.123 Terdorong Keperkasaan Rupiah
-
Ambisi Spin-off, Danamon Syariah Fokus Tambah Aset
-
Antam Raup Pendapatan Rp 59 Triliun
-
Harga MBMA Meroket di Tengah Ekspansi Smelter
-
Wamenperin Akui Industri Rokok Tertekan: Cukai Tidak Naik Bukti Kepedulian Pemerintah
-
Menkeu Purbaya Sidak Mendadak Kantor BNI Saat Direksi Rapat, Ada Apa Setelah Isu Suku Bunga Naik?
-
Gaji Tukang Masak MBG dan Pencuci Piring Nampan MBG: Bisa Capai 5 Jutaan?
-
Katalog Promo Superindo Spesial "Weekday": Diskon Minyak Goreng dan Sabun Hingga 50 Persen