Bisnis / Keuangan
Senin, 29 Desember 2025 | 15:52 WIB
Petugas salah satu tempat penukaran mata uang asing menunjukkan uang rupiah dan dolar AS, Jakarta, Selasa (14/1/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • Rupiah ditutup melemah 0,26 persen pada 29 Desember 2025 menjadi Rp16.788 per dolar AS di pasar spot.
  • Pelemahan rupiah dipicu kebijakan pemerintah serta prospek pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI).
  • Mata uang Asia mayoritas tertekan, sementara Won Korea Selatan mencatat penguatan terbesar di kawasan tersebut.

Suara.com - Nilai tukar rupiah konsisten melemah pada penutupan Senin, 29 Desember 2025. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp16.788 Amerika Serikat (AS).

Alhasil, rupiah melemah 0,26 persen dibanding penutupan pada Rabu yang berada di level Rp 16.765 per dolar AS

Sedangkan, kurs Jisdor Bank Indonesia tercatat di Rp16.788 per dolar AS.

Pelemahan juga terjadi pada mata uang asia. Baht Thailand menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah anjlok 1,15 persen. Disusul, ringgit Malaysia yang ambles 0,23 persen.

Ilustrasi uang rupiah. [Antara]

Selanjutnya peso Filipina yang sudah ditutup terkoreksi 0,13 persen dan rupee India yang tertekan 0,13 persen. Lalu dolar Singapura yang terdepresiasi 0,11 persen.

Berikutnya ada yuan China yang tergelincir 0,05 persen dan dolar Hongkong melemah tipis 0,02 persen.

Sementara itu, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah melonjak 0,62 persen. Kemudian ada yen Jepang yang naik 0,27 persen, serta dolar Taiwan yang ditutup menguat tipis 0,1 persen terhadap the greenback.

Penyebab Rupiah Melemah

Dalam hal ini, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengatakan rupiah akan terus melemah dikarenakan beberapa faktor dari internal. Sebab, rupiah terbebani kebijakan pemerintah.

Baca Juga: Rupiah Alami Tekanan dari Kebijakan Pemerintah, Dolar AS Perkasa Tembus Rp16.773

"Rupiah melemah terhadap dolar AS terbebani oleh prospek pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan kebijakan ekspansif pemerintah. Rupiah juga ikut terseret koreksi tajam pada Ringgit dan Baht," katanya saat dihubungi Suara.com.

Lukman melanjutkan, rupiah tentunya masih akan terus tertekan dan melemah apabila tidak diintervensi BI. Hal ini membuat investor pun masih ragu berinvestasi.

"Masih belum ada data ekonomi penting sepekan ini, investor hanya perlu mewaspadai sentimen di pasar ekuitas dan tensi geopolitik di laut Karabia, dan latihan militer China di laut China Selatan," jelasnya.

Load More