Suara.com - Cryptocurrency sekarang ini telah menjadi instrumen investasi yang terus berkembang di Asia Tenggara, terutama di Indonesia. Sehingga tak heran, saat ini banyak generasi muda yang lebih memilih Bitcoin dibandingkan investasi lainnya.
Adopsi Bitcoin yang Kian Pesat di Indonesia
Dalam satu dekade terakhir, Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan dengan pertumbuhan adopsi aset crypto tercepat di dunia. Di antara berbagai aset digital, Bitcoin tetap menempati posisi teratas sebagai instrumen investasi paling populer.
Indonesia, dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan tingkat literasi digital yang meningkat pesat, menjadi salah satu pasar paling potensial bagi perkembangan Bitcoin. Banyak investor lokal mulai melihat Bitcoin bukan hanya sebagai aset spekulatif, melainkan juga sebagai store of value atau penyimpan nilai.
Tren ini sejalan dengan meningkatnya akses terhadap platform crypto, baik yang berskala nasional maupun global, serta dukungan infrastruktur pembayaran digital yang semakin matang.
Trading Volume, Exchange Lokal, dan Sikap Pemerintah
Dilansir dari berbagai sumber, Untuk memahami tren Bitcoin di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, banyak laporan yang mengindikasikan sinyal positif.
Menurut laporan Chainalysis 2024, Indonesia menempati posisi ke-7 dunia dalam indeks adopsi crypto global. Data dari Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi) menunjukkan bahwa jumlah pengguna aset crypto di Indonesia mencapai lebih dari 20 juta orang, dengan mayoritas transaksi terpusat pada Bitcoin dan Ethereum.
Trading volume harian di bursa crypto lokal seperti Indodax, Tokocrypto, dan Pintu juga menunjukkan pertumbuhan signifikan, sejalan dengan meningkatnya minat investor ritel.
Dari sisi regulasi, pemerintah Indonesia sudah menetapkan Bitcoin sebagai aset komoditi digital yang legal diperdagangkan di bawah pengawasan Bappebti. Meski belum diakui sebagai alat pembayaran sah, regulasi ini memberi kepastian hukum bagi investor lokal untuk bertransaksi secara aman.
Sementara itu, negara tetangga seperti Thailand dan Filipina juga menunjukkan tren serupa dengan dukungan regulasi yang semakin terbuka. Hal ini menciptakan ekosistem regional yang mendukung pertumbuhan adopsi Bitcoin di Asia Tenggara.
Baca Juga: Harga Bitcoin Tembus Lagi US$116 Ribu, Altseason Telah Tiba
Kenapa Investor Perlu Memantau Harga Bitcoin?
Bagi investor, memahami tren dan pergerakan harga Bitcoin adalah langkah kunci dalam menyusun strategi investasi.
Ada dua alasan utama mengapa memantau harga sangat penting:
Timing Entry dan Exit
Volatilitas Bitcoin sering kali menjadi peluang bagi trader jangka pendek. Dengan memantau harga bitcoin, investor dapat menentukan kapan saat yang tepat untuk masuk (buy) atau keluar (sell) demi mendapatkan keuntungan optimal.
Strategi Jangka Panjang
Banyak investor yang percaya pada potensi Bitcoin sebagai “emas digital.” Dengan memantau tren harga dan menganalisis siklus pasar, investor dapat menyusun strategi akumulasi jangka panjang melalui metode seperti Dollar-Cost Averaging (DCA).
Selain itu, harga Bitcoin seringkali dipengaruhi oleh faktor global seperti kebijakan moneter Amerika Serikat, tren adopsi institusional, hingga regulasi internasional. Artinya, investor lokal yang ingin sukses harus peka terhadap dinamika global sekaligus memanfaatkan momentum regional.
Cara Termudah Beli Bitcoin di Indonesia
Bagi investor pemula, salah satu pertanyaan paling umum adalah: Bagaimana cara beli bitcoin yang paling aman dan mudah di Indonesia?
Di dalam negeri, investor bisa memanfaatkan bursa lokal yang sudah terdaftar di OJK. Namun, akses ke platform global juga semakin terbuka, memberikan fleksibilitas lebih besar. Salah satu opsi terbaik adalah menggunakan OKX, sebuah platform global yang memiliki reputasi kuat di lebih dari 180 negara.
Berita Terkait
-
Transaksi Aset Kripto Tembus Rp 446,55 Triliun, Gimana Peluang dan Tantangannya?
-
Ripple Labs Siapkan Dana Rp 16 Triliun untuk Borong XRP
-
Kepemilikan Bitcoin Korporat Meledak 40 Persen, Sentuh Rekor US$117 Miliar
-
Pasar Kripto Anklok Parah, Bitcoin Diprediksi Rebound Pasca Guncangan Tarif AS-China
-
Trump Bikin Bitcoin Anjlok, Ini Penyebab dan Prediksi Harganya
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
-
Mees Hilgers 'Banting Pintu', Bos FC Twente: Selesai Sudah!
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
Terkini
-
Warga Ujung Negeri Kini Hidup dalam Terang, Listrik PLN Bawa Harapan Baru
-
SIG Pimpin BUMN Klaster Infrastruktur Perkuat Riset Konstruksi Rendah Karbon
-
Perusahaan Rokok Sampoerna Beli Patriot Bond Rp 500 Miliar, Ini Tujuannya
-
Bahlil Ingin Belajar Produksi Bioenergi Karbon dari Brasil
-
Nasib Perobohan Tiang Monorel Masih Tunggu Perumusan Skema
-
Wacana Kebijakan Kemasan Rokok Polos Dinilai Bisa Ganggu Rantai Pasok IHT
-
Aset Dana Pensiun Indonesia Tertinggal Jauh dari Malaysia
-
Menkeu Purbaya dan Bos Pertamina Lakukan Pertemuan Tertutup: Mereka Semakin Semangat Bangun Kilang
-
Sedih, 80 Persen Lansia Gantungkan Hidup di Generasi Sandwich
-
Transaksi Aset Kripto Tembus Rp 446,55 Triliun, Gimana Peluang dan Tantangannya?