-
Laba bersih PTPP anjlok 97,92% menjadi Rp 5,55 miliar pada 9M25.
-
Pendapatan turun 23,33% YoY menjadi Rp 10,73 triliun, tapi liabilitas berkurang 2,67% YtD.
-
PTPP fokus pada Green Construction dan efisiensi energi di proyek-proyek strategis (termasuk IKN).
Suara.com - PT PP (Persero) Tbk. (PTPP), salah satu raksasa konstruksi pelat merah, mengumumkan kinerja keuangan yang sangat menantang sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025.
Perseroan membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hanya sebesar Rp 5,55 miliar hingga kuartal III/2025.
Angka ini mencerminkan penurunan tajam hingga 97,92% dibandingkan dengan laba bersih periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 267,28 miliar.
Penurunan laba yang signifikan ini sejalan dengan penurunan kinerja pendapatan konsolidasi. Sepanjang Januari hingga September 2025, pendapatan PTPP tercatat turun 23,33% secara tahunan (YoY), mencapai Rp 10,73 triliun, dari angka sebelumnya Rp 14 triliun per kuartal III/2024.
Laporan keuangan yang dirilis kemarin di Jakarta menunjukkan bahwa kontribusi pendapatan terbesar berasal dari segmen konstruksi senilai Rp 8,99 triliun, diikuti oleh segmen EPC (Engineering, Procurement, and Construction) sebesar Rp 781,80 miliar.
Sektor properti dan realti menyumbang Rp 544,46 miliar, sementara pendapatan dari pertambangan tercatat Rp 190,21 miliar.
Meskipun terjadi penurunan pendapatan, PTPP berupaya melakukan efisiensi biaya. Beban pokok penjualan perseroan juga menyusut 26,14% YoY menjadi Rp 9,12 triliun.
Upaya efisiensi ini setidaknya mampu mempertahankan laba kotor. Alhasil, laba kotor PTPP tercatat Rp 1,61 triliun, hanya turun tipis 2,36% dari Rp 1,65 triliun pada tahun lalu.
Namun, laba tersebut tergerus oleh berbagai beban operasional dan keuangan. PTPP mencatat beban usaha sebesar Rp 595,31 miliar, beban keuangan (bunga pinjaman) yang cukup besar mencapai Rp 1,5 triliun, serta beban lainnya senilai Rp 590,24 miliar. Kombinasi beban ini menyebabkan laba tahun berjalan yang tersisa hanya Rp 15,24 miliar.
Baca Juga: CEO Danantara Ungkap Ada Komisaris BUMN Ubah Laporan Keuangan, Bahkan Fraud
Dari sisa laba tahun berjalan tersebut, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hanya mencapai Rp 5,55 miliar, sementara sisanya sebesar Rp 9,68 miliar diatribusikan kepada kepentingan nonpengendali.
Dampak langsung dari penurunan laba bersih ini terlihat pada laba per saham PTPP yang merosot tajam, dari Rp 43 per saham menjadi hanya Rp 1 per saham.
Dari sisi neraca, posisi kas dan setara kas PTPP juga tercatat turun 12,13% YoY menjadi Rp 2,69 triliun. Total aset perseroan menyusut tipis 1,88% menjadi Rp 55,53 triliun dibandingkan akhir tahun 2024.
Kabar baiknya, total liabilitas (kewajiban) PTPP juga berhasil dikurangi 2,67% Year to Date (YtD) menjadi Rp 40,23 triliun, sementara ekuitas (modal) perseroan tercatat meningkat tipis 0,27% menjadi Rp 15,29 triliun.
Fokus Transformasi ke Green Construction
Di tengah tantangan kinerja finansial, PTPP terus memperkuat komitmen transformasinya dalam mendorong praktik konstruksi berkelanjutan melalui penerapan inovasi konstruksi hijau (Green Construction) dan efisiensi energi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Negosiasi Tarif Dagang dengan AS Terancam Gagal, Apa yang Terjadi?
-
BRI Rebranding Jadi Bank Universal Agar Lebih Dekat dengan Anak Muda
-
Kemenkeu Matangkan Regulasi Bea Keluar Batu Bara, Berlaku 1 Januari 2026
-
Cara Mengurus Pembatalan Cicilan Kendaraan di Adira Finance dan FIFGROUP
-
Pemerintah Tegaskan Tak Ada Impor Beras untuk Industri
-
CIMB Niaga Sekuritas Kedatangan Bos Baru, Ini Daftar Jajaran Direksi Teranyar
-
Eri Budiono Lapor: Bank Neo Kempit Laba Rp517 Miliar Hingga Oktober 2025
-
IPO SUPA: Ritel Cuma Dapat 3-9 Lot Saham, Ini Penjelasan Lengkapnya
-
OJK Akan Tertibkan Debt Collector, Kreditur Diminta Ikut Tanggung Jawab
-
Mengenal Flexible Futures Pada Bittime untuk Trading Kripto