- Astuti N Kilwouw, akademisi dari Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, menilai proyek ambisius ini sejatinya tidak diprioritaskan untuk kepentingan rakyat.
- Klaim bahwa Jalan Trans Halmahera dibangun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah perlu ditinjau ulang dari kacamata ekonomi makro.
- Astuti menyebut contoh ruas jalan lintas provinsi di Halmahera Tengah yang dibangun menggunakan pajak rakyat, namun kini menjadi jalur utama kendaraan berat industri nikel.
Suara.com - Proyek pembangunan infrastruktur Jalan Trans Halmahera di Maluku Utara menuai kritik tajam dari kalangan akademisi.
Astuti N Kilwouw, akademisi dari Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, menilai proyek ambisius ini sejatinya tidak diprioritaskan untuk kepentingan rakyat, melainkan untuk mempercepat konektivitas dan ekspansi industri tambang di Pulau Halmahera.
Lantas mengapa disebut merugikan rakyat?
Menurut Astuti, klaim bahwa Jalan Trans Halmahera dibangun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah perlu ditinjau ulang dari kacamata ekonomi makro. Ia menyoroti bahwa arah pembangunan infrastruktur di Maluku Utara termasuk jalan, pelabuhan, dan bandara justru lebih terfokus untuk menghubungkan kawasan-kawasan industri nikel yang menjadi pusat hilirisasi nikel nasional.
"Pada kenyataannya, jalan Trans Halmahera yang dibangun tidak diproyeksikan untuk memudahkan aktivitas masyarakat seperti distribusi hasil pertanian, perkebunan, atau komoditas lokal seperti pala, cengkeh, dan kopra," ujar Astuti pada Selasa (4/11/2025).
Ia menegaskan, pembangunan ini "lebih mencerminkan politik oligarki tambang di Maluku Utara, bukan kepentingan rakyat." katanya.
Sorotan lain tertuju pada penggunaan dana publik untuk infrastruktur yang kemudian didominasi oleh perusahaan tambang. Astuti menyebut contoh ruas jalan lintas provinsi di Halmahera Tengah yang dibangun menggunakan pajak rakyat, namun kini menjadi jalur utama kendaraan berat industri nikel.
"Akibat dominasi truk-truk industri nikel, jalan negara yang seharusnya untuk kendaraan umum mengalami kerusakan parah," paparnya.
Mirisnya lanjut dia masyarakat telah merelakan tanah mereka, tempat berdiri pohon pala, cengkeh, dan kelapa berusia puluhan tahun, demi proyek jalan yang awalnya dijanjikan untuk akses mereka sendiri. Namun, pada akhirnya yang menikmati adalah korporasi.
Baca Juga: Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi Butuh Ekosistem Bisnis yang Kolaboratif dan Berorientasi Inovasi
Astuti pun mendesak agar pemerintah serius mengendalikan dampak ini. "Kalau perusahaan mau lewat, bangun jalan sendiri. Jangan gunakan pajak rakyat untuk memudahkan mobilitas industri tambang," tegasnya.
Dampak aktivitas tambang yang dipermudah oleh infrastruktur ini juga mengancam ketahanan pangan lokal di Halmahera.
"Di kawasan Wasile, Halmahera Timur, yang dikenal sebagai lumbung padi Maluku Utara, lahan sawah terancam akibat dugaan pencemaran irigasi oleh aktivitas tambang," ujarnya.
Selain itu banyak pohon sagu, yang merupakan bagian dari identitas pangan lokal, hilang akibat ekspansi tambang dan pencemaran sumber air.
Menyikapi masalah ini, Manajer Program WALHI Maluku Utara ini mendesak pemerintah pusat dan DPR RI untuk bertindak tegas. Ia menyerukan agar didorong moratorium atau bahkan penutupan terhadap perusahaan tambang yang bermasalah di Maluku Utara, terutama karena izin diberikan tanpa mempertimbangkan daya dukung lingkungan di pulau-pulau kecil seperti Halmahera.
"Jadi sebelum bicara jalan baru, pemerintah seharusnya berani hentikan dulu aktivitas tambang yang bermasalah. Kalau tidak, pembangunan infrastruktur apa pun akan terus jadi alat legitimasi bagi ekspansi industri ekstraktif,” tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
-
Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
-
IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing
-
Riset: Penundaan Suntik Mati PLTU Justru Bahayakan 156 Ribu Jiwa dan Rugikan Negara Rp 1,822 T
-
Rupiah Terkapar Lemah di Penutupan Hari Ini ke Level Rp 16.700 per USD