Bisnis / Properti
Kamis, 11 Desember 2025 | 20:30 WIB
Sebagai Ilustrasi - One Global Capital [Ist/Suara.com]
Baca 10 detik
  • Pasar properti residensial Australia mengalami penurunan minat investor asing dan kenaikan pajak properti sejak akhir 2024.
  • Berbeda dengan Australia, prospek properti Indonesia diprediksi cerah 2022-2025 didukung ekonomi stabil dan bonus demografi.
  • One Global Capital (OGC) bertransformasi menjadi platform manajemen investasi dan berencana ekspansi ke Indonesia setelah Australia.

Suara.com - Tekanan terhadap bisnis properti ternyata tidak hanya terjadi di Asia Tekanan pasar properti residensial juga Australia, terutama akibat menurunnya minat investor asing dari China dan kenaikan pajak properti bagi warga asing.

Dikutip dari The Guardian, permintaan properti di Australia menunjukkan tren menurun sejak akhir 2024 hingga 2025, ditandai penurunan harga di kota-kota besar seperti Sydney dan Melbourne, penurunan izin bangunan, serta peningkatan kesulitan keterjangkauan bagi pembeli, meskipun pasar regional kadang lebih stabil.

Penyebabnya antara lain kenaikan suku bunga, kurangnya pasokan kredit, dan tantangan ekonomi, yang berujung pada ketidakpuasan publik terhadap krisis perumahan, terutama bagi kaum muda.

Beruntung, tren ini tidak terjadi di Indonesia. Prospek bisnis properti Indonesia 2022-2025 umumnya cerah dan positif, didorong pertumbuhan ekonomi stabil, insentif pajak pemerintah (PPN DTP), kebijakan moneter longgar, dan bonus demografi Gen Z/Milenial yang melek teknologi, mendorong permintaan hunian strategis, multifungsi, hijau, dan rumah tapak, meskipun sektor perkantoran masih butuh pemulihan.

Properti strategis di kota penyangga Jakarta (Jabodetabek), Bandung, Surabaya, serta inovasi smart home dan green living menjadi tren utama.

Akibat tekanan sektor properti di Australia tersebut, sebagian besar pengembang melakukan konsolidasi, One Global Capital (OGC) memperluas skala usaha dan mempercepat akuisisi di koridor pertumbuhan dinamis Sydney, seperti Chatswood dan Macquarie Park.

Langkah strategis OGC terbaru adalah perolehan lisensi AFSL Wholesale penuh. Lisensi ini mentransformasi OGC dari pengembang properti menjadi platform manajemen dana dan investasi real estat internasional, memungkinkannya mengelola modal dari investor beraset tinggi (high-net-worth) dan institusi dengan struktur investasi yang lebih canggih.

Transformasi ini secara signifikan memperluas jangkauan investor OGC, termasuk ke Indonesia, yang diidentifikasi sebagai salah satu pasar dengan pertumbuhan kelas menengah-atas tercepat di Asia.

Strategi counter-cyclical OGC terbukti berhasil pada proyek unggulannya, Eastlakes One Global Gallery. Nilai aset proyek ritel komersial ini melonjak 69,2% dari AUD19,5 juta (September 2024) menjadi lebih dari AUD33 juta (Oktober 2025), didukung oleh pendapatan sewa yang kuat.

Baca Juga: Meski Banyak Tekanan Pasar Properti Tetap Tumbuh, Didukung Kebijakan Pemerintah

Iwan Sunito menyatakan bahwa pertumbuhan ekuitas bahkan menembus 130% dalam satu tahun pertama.

Proyeksi ekspansi OGC selanjutnya mencakup pengembangan hotel keempat di Macquarie Park menggunakan teknologi Robotic Volumetric Modular Construction.

Hotel ini direncanakan mulai dibangun Juli 2026 dan menjadi penanda dimulainya platform hotel modular global perusahaan.

Iwan Sunito menegaskan bahwa setelah mengamankan dua proyek besar berikutnya di Australia, Indonesia akan menjadi babak ekspansi selanjutnya. Platform hotel modular OGC dirancang untuk ekspansi global, dengan Indonesia dipersiapkan sebagai salah satu pasar pertama yang akan dimasuki.

Peluang Investasi Bagi Investor Indonesia

Menurut Ricky Tarore, Director Office Services Savills Indonesia, Sydney tetap menjadi destinasi investasi yang aman dan strategis bagi investor Indonesia berkat stabilitas politik, sistem hukum, dan transparansi regulasi. Kombinasi diversifikasi global, potensi pertumbuhan nilai aset, dan stabilitas pendapatan sewa properti di Sydney dinilai ideal untuk memperkuat ketahanan portofolio.

Load More