- Menkeu Purbaya merespons prediksi World Bank mengenai defisit APBN 2027 sebesar 2,9% dengan santai.
- Purbaya menekankan bahwa pengendalian defisit APBN bergantung pada keahlian pemerintah mengelola pendapatan dan belanja negara.
- World Bank menyoroti pelebaran defisit karena penurunan harga komoditas, restitusi pajak, dan pengalihan dividen BUMN.
Suara.com - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menanggapi santai soal prediksi Bank Dunia atau World Bank yang memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) tembus 2,9 persen pada 2027.
Menkeu Purbaya mengaku tak mempermasalahkan prediksi World Bank yang angkanya bisa selisih tipis dari ambang batas aman Undang-Undang Keuangan Negara sebesar 3 persen. Ia berkelakar kalau prediksi mereka malah sering meleset.
"Ya suka-suka dia (World Bank). Dia prediksi boleh, enggak prediksi juga enggak apa-apa. Tapi kan selama ini juga sering meleset," kata Purbaya saat konferensi pers APBN KiTa edisi Desember 2025 di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Kamis (18/12/2025).
Purbaya lalu menjelaskan kalau selama ini APBN ada di bawah kendali Pemerintah, bukan tergantung dari pihak luar. Ketika defisit APBN melebar atau tidak, ia menganggap kalau itu tergantung dari kepiawaian Pemerintah.
"APBN kan di bawah kendali kita, bukan market yang jalan sendiri. Jadi defisit melebar atau enggak, tergantung kepiawaian kita untuk mengendalikan belanja dan meningkatkan pendapatan dari pajak maupun bea cukai maupun PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak)," beber Purbaya.
Ia memaparkan kalau saat ini ekonomi Indonesia tengah berbenah. Untuk Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (DJP Kemenkeu), Purbaya mengaku tengah memperbaiki platform Coretax.
Begitu pula di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kemenkeu, Purbaya mengklaim kalau lembaga itu sedang membenahi kinerjanya. Ia menyinggung soal penggunaan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) di Bea Cukai.
Purbaya mengklaim kalau penggunaan AI itu bisa menambah penerimaan negara hingga Rp 1 triliun. Nantinya dia juga akan memperbaiki hal lain di Bea Cukai untuk menambal kebocoran.
"Kita sudah menerapkan AI di lapangan dan harusnya ke depan akan membaik terus. Itu dari perbaikan AI aja itu kita bisa dapat Rp 1 triliun minimal itu. Nanti kita akan perbaiki lagi yang lain-lain harusnya kebocoran dari Bea Cukai akan berkurang dengan signifikan," beber dia.
Baca Juga: Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global Capai 3% Buntut Penurunan Suku Bunga The Fed
Bendahara Negara mengatakan kalau prediksi Bank Dunia adalah ceteris paribus, yang mana penghitungan dilakukan di kondisi saat ini atau yang sudah terjadi.
"Jadi yang dilakukan oleh World bank adalah prediksi ceteris paribus, dalam keadaan seperti sekarang enggak ada apa-apa, enggak ada perbaikan. Ya gitu lah, prediksi makro ekonomi ya gitu. Past Behavior dari sistemnya. Padahal kan kita sedang berubah," lanjutnya.
Purbaya turut memastikan kalau belanja Pemerintah juga akan dikendalikan. Ia tak menampik kalau defisit APBN bisa melebar atau sebaliknya, tinggal bagaimana Pemerintah yang mengelola.
"Jadi Anda jangan terlalu percaya World Bank. Kenapa Anda referensinya World Bank lagi?" jelas Purbaya.
Peringatan World Bank ke Purbaya
Dalam laporan teranyarnya, lembaga donor internasional tersebut memperingatkan adanya potensi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terus menganga secara bertahap hingga tahun 2027.
Laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) edisi Desember 2025 memproyeksikan defisit fiskal Indonesia akan melebar hingga menyentuh angka 2,9% pada 2027. Angka ini hanya selisih tipis dari ambang batas aman yang ditetapkan Undang-Undang Keuangan Negara, yakni sebesar 3%.
Berita Terkait
-
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global Capai 3% Buntut Penurunan Suku Bunga The Fed
-
Purbaya Umumkan APBN Defisit Rp 560,3 Triliun per November 2025, 2,35% dari PDB
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
-
Efek Banjir Sumatra, Kemenkeu Permudah Cairkan Dana Transfer ke Daerah Terdampak Bencana
-
Kemenkeu Salurkan Dana Rp 4 Miliar ke Korban Banjir Sumatra
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
Menaker Yassierli Klaim PP Pengupahan Baru Hasil Kompromi Terbaik: Belum Ada Penolakan Langsung
-
Bank Mandiri Dorong Akselerasi Inklusivitas, Perkuat Ekosistem Kerja dan Usaha Ramah Disabilitas
-
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global Capai 3% Buntut Penurunan Suku Bunga The Fed
-
SIM Mati Bisa Diperpanjang? Ini Syarat Terbaru dan Biayanya
-
LPDB Dorong Koperasi Pondok Pesantren Jadi Mitra Strategis Koperasi Desa Merah Putih
-
Minim Sentimen, IHSG Berakhir Merosot ke Level 8.618 Hari Ini
-
Rundown dan Jadwal Ujian CAT PPPK BGN 2025 18-29 Desember 2025
-
ESDM Mulai Jalankan Proyek Pipa Gas Dusem, Pasok Energi dari Jawa ke Sumatera
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Riset: Banyak Peminjam Pindar Menderita Gunakan Skema Pembayaran Tadpole