Suara.com - Indonesia kembali mendapatkan undangan untuk berpartisipasi pada kejuaraan Tournoi Maurice Revello, turnamen sepak bola usia muda yang sebelumnya bernama Toulon Tournament.
Namun, sepertinya PSSI tidak akan mengirimkan timnas Indonesia untuk berpartisipasi pada kejuaraan Tournoi Maurice Revello.
Sebab, akun Instagram Tournoimrevello menyebut bahwa pihaknya telah mengundang Indonesia melalui sebuah surat yang dikirimkan kepada PSSI.
Namun, surat undangan itu sampai saat ini tidak mendapatkan respons dari PSSI.
“Kami ingin Indonesia ada di edisi berikutnya. Kami sudah mengundang mereka, tapi sayangnya pihak federasi tidak merespons,” tulis akun Tournoimrevello.
Sementara itu, Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, juga sempat mengutarakan penjelasannya mengapa pihaknya belum merespons undangan tersebut.
"Turnamen Toulon tidak dijalankan di bawah pengawasan FIFA atau Asosiasi sepak bola secara tertentu," tulis Iriawan dalam kolom komentar.
"Oleh karena itu, turnamen ini dianggap sebagai yang paling bergengsi dari semua turnamen persahabatan yang melibatkan tim muda, dan dianggap sebagai kejuaraan dunia tidak resmi sebelum FIFA memperkenalkan FIFA Youth Cup pada 1977."
"Terlepas dari pembentukan Piala Dunia U-20 FIFA dan kemudian Piala Dunia U-17, turnamen Toulon tetap menjadi salah satu kompetisi utama untuk tim sepak bola muda," tambahnya.
Baca Juga: Dokumen Lengkap, PSSI Kirimkan Berkas Jordi Amat dan Sandy Walsh ke Menpora
Penjelasan yang diberikan Iriawan tersebut mengindikasikan bahwa PSSI memang tidak berencana mengirim Indonesia untuk mengikuti ajang tersebut.
Berikut Suara.com menyajikan tiga alasan mengapa PSSI tidak mengirim Indonesia untuk berpartisipasi ke Toulon.
1. Pelatih Satu untuk Semua
Alasan pertama yang mungkin menjadi alasan PSSI untuk tak mengirimkan Indonesia ke turnamen Toulon ialah karena status Shin Tae-yong sebagai pelatih.
Sebab, Shin Tae-yong dikontrak PSSI untuk menangani tiga timnas sekaligus, yakni U-18, U-23, dan senior. Tentu hal ini membuat pelatih asal Korea Selatan itu memiliki jadwal yang padat.
2. Mepet dengan Kejuaraan
Berita Terkait
-
Dirumorkan Jadi Pelatih Ajax, Ini Head to Head Patrick Kluivert vs John Heitinga
-
FIFA ASEAN Cup: Peluang Indonesia Juara Lebih Besar Dibanding di AFF Cup?
-
Nova Arianto Optimis Tatap Piala Dunia U-17, Bekal Garuda Muda Sudah Cukup?
-
Nathan Tjoe-A-On Cetak Gol Perdana, Legenda Liverpool Sampai Buka Suara
-
Statistik Memukai Justin Hubner Saat Fortuna Sittard Ditekuk PSV Eindhoven
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 5 Rekomendasi Cushion Lokal dengan Coverage Terbaik Untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp50 Ribuan
Pilihan
-
4 HP Memori 512 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer dan Konten Kreator
-
3 Rekomendasi HP Infinix 1 Jutaan, Speknya Setara Rp3 Jutaan
-
5 HP Layar AMOLED Paling Murah, Selalu Terang di Bawah Terik Matahari mulai Rp1 Jutaan
-
Harga Emas Naik Setelah Berturut-turut Anjlok, Cek Detail Emas di Pegadaian Hari Ini
-
Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
Terkini
-
MU Siap Rebut Wonderkid Brasil dari Chelsea, Harganya Capai Rp760 Miliar
-
Liverpool di Ujung Jurang! Terancam Samai Rekor Buruk 72 Tahun Saat Lawan Aston Villa
-
PSG dan 4 Klub Top Eropa yang Menjelma Jadi Hebat Setelah Jual Pemain Bintang
-
Legenda Paul Scholes: Penderita Asma yang Jadi Otak Kejayaan Manchester United
-
Saliba Diragukan Tampil, Martinelli Absen, Arsenal Malam Ini Kalah di Markas Burnley?
-
Dirumorkan Jadi Pelatih Ajax, Ini Head to Head Patrick Kluivert vs John Heitinga
-
Sosok Ini Jadi Pembisik Bojan Hodak, Taktik Johnny Jansen Bakal Berantakan?
-
Marc Klok Panaskan Duel Lawan Bali United: Persib Datang untuk 3 Poin
-
Puji Bojan Hodak, Johnny Jansen: Dia Pelatih Hebat
-
Air Mata Paul Scholes Saat Cerita Tentang Putra Autisnya: Saya Ingin Dia Bahagia