Suara.com - Bek keturunan Indonesia-Inggris, Elkan Baggott, mengisahkan momen paling emosional dalam perjalanan kariernya bersama Timnas Indonesia. Dalam beberapa kesempatan, laga melawan Irak menjadi salah satu pengalaman yang paling membekas baginya, terutama saat tampil di ajang bergengsi seperti Piala Asia 2023 dan Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Selama periode 2023 hingga awal 2024, Timnas Indonesia dan Irak beberapa kali bertemu di level internasional.
Kedua negara tergabung dalam grup yang sama pada dua kompetisi penting, yakni babak kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia dan Piala Asia 2023 yang digelar pada awal 2024.
Intensitas pertemuan ini menciptakan rivalitas mini yang kental di kawasan Asia.
Pada laga pertama Kualifikasi Piala Dunia 2026, Elkan Baggott dipercaya sebagai starter oleh pelatih Shin Tae Yong.
Pertandingan yang berlangsung di Basra itu berakhir pahit bagi skuad Garuda, yang harus menelan kekalahan telak 1-5 dari tuan rumah Irak.
Meski hasilnya jauh dari harapan, kehadiran Baggott di jantung pertahanan menjadi sorotan karena menunjukkan potensi dan dedikasi tinggi.
Pertemuan kedua terjadi dalam babak grup Piala Asia 2023. Kali ini, Indonesia kembali harus mengakui keunggulan Irak dengan skor 1-3.
Meski kalah, pertandingan tersebut menjadi titik sejarah penting bagi Timnas Indonesia karena berhasil lolos ke babak 16 besar untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga dekade.
Baca Juga: Selamat Tinggal 5 Pemain Abroad Timnas Indonesia, Mulai Sering Hangatkan Bangku Cadangan
Sebuah pencapaian yang tidak hanya membanggakan, tapi juga emosional bagi seluruh pemain dan suporter.
Bagi Elkan Baggott, laga melawan Irak di ajang Piala Asia terasa sangat spesial karena tekanan yang luar biasa besar.
Atmosfer pertandingan dan ekspektasi publik membuat pertandingan tersebut menjadi salah satu ujian mental terberat selama ia berseragam Merah Putih.
Ia menggambarkan bagaimana ruang ganti Timnas Indonesia menjadi tempat yang reflektif setelah pertandingan usai, terutama saat tim mengalami kekalahan.
"Kalau menang, biasanya euforia, tapi jika kami tahu kami bermain buruk, kami tetap berdiskusi tentang perbaikan. Jika kalah, suasananya lebih reflektif," kata Elkan Baggott dikutip dari Youtube Serbert Lemon, Jumat (2/5/2025).
Menurutnya, suasana dalam tim setelah kalah biasanya cenderung tenang dan digunakan untuk merenungkan performa.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 5 Bek Kanan Terbaik Premier League Saat Ini: Dominasi Pemain Arsenal
Pilihan
-
Prediksi Timnas Indonesia U-17 vs Zambia: Garuda Muda Bidik 3 Poin Perdana
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Stagnan, Tapi Antam Masih Belum Tersedia
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
Terkini
-
Garang di Lapangan, Kiper Timnas Indonesia Ungkap Sisi Lain Jamie Vardy
-
Eks Tangan Kanan STY Minta Suporter Jangan Berekspektasi Tinggi ke Timnas Indonesia U-17
-
Pemain Naturalisasi Malaysia Dilaporkan Terlibat Kasus Pembunuhan
-
Resmi! PSSI: Shin Tae-yong Tidak Kembali
-
Fokus SEA Games 2025, PSSI Pastikan Sudah Move On dari Shin Tae-yong
-
Magis Nova Arianto: Strategi Jitu Timnas Indonesia U-17 Taklukkan Brasil dkk di Piala Dunia
-
Bintang Brasil Incar Juara di Piala Dunia U-17 2025, Jadi Sinyal Bahaya Timnas Indonesia U-17
-
Barcelona Menang 3-1, Hansi Flick: Harusnya Kami Menang 6-2
-
Kylian Mbappe Kasih Penalti Jadi Bukti Vinicius Junior Lemah?
-
Jangan Mikir Jauh-jauh, Eks Anak Buah STY Target Ini ke Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17 2025