"Sampai saya bilang di PSSI, 'Oh, ini baru duduk udah pengumuman lagi ya'. Tim U-20 putri ya. Hah? Baru duduk, 'Oh U-17 kita udah ada Piala Kemerdekaan yang untuk persiapan November ya'," pungkasnya.
Meski demikian, pendekatan ini dikhawatirkan akan menjadi ancaman bagi masa depan sepak bola nasional jika tak dibarengi dengan pembenahan akar rumput (grassroots) dan liga.
Pasalnya, bukan rahasia bahwa Timnas yang kuat tak bisa terus-menerus ditopang lewat naturalisasi atau pembinaan instan.
Sebuah riset berjudul "Grassroots Football Development: Pathway to National Success", yang ditulis Pius Chukwunwike Ndubuokwu dan Mahmud Oluwalose dari Ohio University, secara tegas menunjukkan bahwa kunci utama suksesnya tim nasional justru bermula dari sistem pembinaan akar rumput dan kompetisi yang terstruktur.
Studi ini merujuk pada model pengembangan pemain dari negara-negara maju seperti Jerman, Spanyol, Argentina, dan Nigeria.
Riset tersebut menemukan bahwa negara-negara sukses di level internasional memiliki kesamaan pola: investasi besar pada akademi, kompetisi usia dini yang terstruktur, pelatih bersertifikasi, serta jalur yang jelas antara klub dan tim nasional.
Sebaliknya, negara seperti Amerika Serikat justru tertinggal meski punya basis grassroots besar karena sistem yang terfragmentasi dan pendekatan pay-to-play yang membatasi akses pemain dari kelas bawah.
Kondisi yang dijelaskan riset ini bisa menjadi cermin bagi Indonesia. Jika liga terus terpinggirkan dan pembinaan usia dini tidak digarap serius, maka regenerasi pemain akan terhambat.
Pada akhirnya, ketergantungan terhadap pemain naturalisasi bisa menjadi solusi jangka pendek yang tidak berkelanjutan.
Baca Juga: BRI Liga 1: Persib Bekuk Western Sydney Wanderers FC, Ini Kata Bojan Hodak
Lebih jauh, riset itu juga menegaskan pentingnya sinergi antara liga, akademi, dan federasi nasional. Tanpa keterpaduan sistem, tim nasional hanya akan menjadi panggung sementara yang rapuh secara fundamental.
Merujuk temuan riset tersebut, kebijakan PSSI yang terlalu fokus pada Timnas tanpa menguatkan fondasi kompetisi dan pembinaan usia muda, bisa menjadi bom waktu yang siap meledak.
Timnas memang penting, tapi liga dan grassroots adalah pondasi yang menopangnya. Tanpa fondasi yang kuat, mimpi tampil reguler di Piala Dunia bisa buyar hanya dalam hitungan generasi.
"Model sepak bola akar rumput global memberikan wawasan penting untuk memperkuat sistem [grassroots] di AS," tulis riset tersebut dikutip dari World Journal of Advanced Research and Reviews, Senin (4/8/2025).
"Eropa menekankan akademi yang terorganisir dan pengembangan yang dipimpin klub, Amerika Selatan berkembang pesat berkat permainan kasual dan struktur klub yang kuat, sementara Afrika diuntungkan oleh kepanduan swasta dan hubungan dengan Eropa."
"AS memiliki masalah seperti bayar untuk bermain, standar kepelatihan yang bervariasi, dan jalur perkembangan [pemain] yang terfragmentasi."
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Riccardo Calafiori Bersinar, Posisi Myles Lewis-Skelly di Arsenal Terancam Hilang
-
Lennart Thy Sebut Lion City Sailors Tampil Bagus saat Tahan Imbang Persib
-
Patrick Kluivert Blusukan ke UEFA Youth League, Apa Tujuannya?
-
Antonio Conte Merasa Bersalah Cuma Mainkan Kevin De Bruyne 26 Menit Lawan Manchester City
-
Manchester United Kantongi Rp13,5 Triliun, Siap Tawarkan Rp2 Triliun untuk Gelandang Muda
-
Eric Cantona Desak FIFA dan UEFA Hukum Israel Seperti Rusia Terkait Konflik Politik Global
-
Ranking FIFA September 2025, Indonesia Turun Peringkat, Thailand Kokoh Pimpin ASEAN dengan Stabil
-
Profil Ahmed Al Ali Wasit Kuwait di Laga Indonesia vs Arab Saudi Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Siapa Ahmed Al Ali Wasit Kuwait yang Bikin Erick Thohir Ketar-ketir?
-
Championship 2025/2026 Sudah Bergulir, 8 Tim Masih Tunggak Gaji Pemain