Bola / Bola Indonesia
Selasa, 30 Desember 2025 | 14:03 WIB
Rafael de Sa Rodrigues (Antara)
Baca 10 detik
  • PSIM Yogyakarta memensiunkan nomor 91 secara permanen untuk menghormati jasa striker Rafael de Sa Rodrigues.

  • Rafinha resmi bergabung dengan PSIS Semarang demi mendapatkan menit bermain lebih banyak musim ini.

  • Manajemen memberikan apresiasi atas kontribusi besar Rafinha membawa Laskar Mataram promosi ke Super League.

Suara.com - Manajemen PSIM Yogyakarta secara resmi mengambil langkah besar dengan memensiunkan nomor punggung 91 secara permanen.

Keputusan prestisius ini diambil tepat setelah penyerang andalan mereka, Rafael de Sa Rodrigues, hengkang ke PSIS Semarang.

Langkah ini merupakan bentuk apresiasi terdalam klub terhadap dedikasi striker yang populer dengan sapaan Rafinha tersebut.

Melalui akun media sosialnya, klub berjuluk Laskar Mataram ini menegaskan bahwa identitas nomor tersebut tidak akan dipakai lagi.

“Nomor punggung dipensiunkan, warisan tetap hidup. PSIM Jogja mengumumkan bahwa nomor punggung 91 dipensiunkan secara permanen untuk menghormati Rafael de Sa Rodrigues,” tulis Instagram resmi PSIM, dikutip Selasa.

Nama Rafinha tercatat dengan tinta emas dalam sejarah klub asal Yogyakarta ini berkat kontribusi luar biasanya.

Pemain asal Brasil tersebut menjadi pilar utama yang mengakhiri penantian panjang PSIM selama 18 tahun lamanya.

Berkat ketajamannya di lini depan, klub ini akhirnya berhasil kembali bersaing di kasta tertinggi sepak bola tanah air.

Statistik mencatat Rafinha sukses membukukan total 20 gol dari 22 penampilan selama berkompetisi di Liga 1 musim lalu.

Baca Juga: Prediksi PSIM Yogyakarta vs PSBS Biak di BRI Super League, Senin 29 Desember 2025

Produktivitas tersebut sangat krusial dalam mengantarkan tim meraih gelar juara sekaligus tiket promosi yang sangat didambakan.

Salah satu kontribusi paling ikonik Rafinha terjadi saat laga krusial melawan tim kuat Bhayangkara Presisi FC.

Kala itu, Rafinha berhasil menyumbangkan satu gol penting dalam kemenangan tipis dengan skor akhir 2-1 bagi timnya.

Pertandingan final Liga 2 yang diselenggarakan di Stadion Manahan Solo tersebut menjadi puncak kejayaan bagi karier sang pemain.

Namun, situasi berubah cukup signifikan ketika tim mulai memasuki kompetisi kasta tertinggi yang kini bertajuk Super League.

Dominasi Rafinha mulai meredup seiring dengan perubahan strategi dan dinamika tim di level kompetisi yang lebih berat.

Dari total 15 laga yang dijalani PSIM sejauh musim ini, Rafinha tercatat baru merumput sebanyak tiga kali saja.

Minimnya waktu bermain tersebut semakin dipertegas dengan fakta bahwa dirinya belum pernah dipasang sebagai pemain mula.

Pelatih kepala, Jean-Paul van Gastel, tampak lebih condong memberikan kepercayaan penuh kepada penyerang asing lainnya.

Nermin Haljeta menjadi pilihan utama pelatih saat ini setelah menunjukkan performa impresif di beberapa laga terakhir.

Haljeta telah mengoleksi empat gol serta tiga assist yang membuatnya sulit untuk digeser dari posisi penyerang utama.

Kondisi tersebut akhirnya mendorong Rafinha untuk mencari pelabuhan baru demi mendapatkan kembali menit bermain secara reguler.

PSIS Semarang yang kini berjuang di kompetisi Championship menjadi tujuan selanjutnya bagi pemain berusia 33 tahun tersebut.

Laskar Mahesa Jenar saat ini memang sangat membutuhkan tambahan amunisi baru untuk keluar dari posisi sulit klasemen.

Pihak manajemen PSIM telah memberikan restu penuh terkait perpindahan pemain yang telah menjadi bagian sejarah klub ini.

“Kami berdiskusi untuk mencari solusi terbaik bersama-sama. Akhirnya, kami sepakat melepas Rafa (nama panggilan Rafael De Sa Rodrigues) ke PSIS Semarang,” ujar Manajer PSIM Razzi Taruna.

Meninggalkan kota yang telah memberikan banyak memori indah tentu bukan hal yang mudah bagi seorang pemain profesional.

Rafinha mengungkapkan bahwa dirinya memiliki keterikatan batin yang sangat kuat dengan seluruh elemen yang ada di Yogyakarta.

Dukungan luar biasa dari suporter fanatik Laskar Mataram menjadi alasan mengapa perpisahan ini terasa sangat emosional baginya.

Ia merasa momen kebersamaan di Jogja adalah sesuatu yang sangat unik dan sulit untuk ia temukan di klub lain.

“Saya rasa, saya tidak akan pernah merasakan momen seperti ini lagi. Perasaan saya sekarang campur aduk, antara sedih dan senang,” kata striker 33 tahun asal Brasil itu.

Walaupun kini berseragam tim lain, Rafinha tetap mendoakan yang terbaik bagi kesuksesan mantan rekan-rekan setimnya di PSIM.

Ia berharap tren positif tim tetap terjaga agar PSIM bisa terus bersaing secara kompetitif di papan atas Super League.

Saat ini PSIM berada di peringkat kelima dengan 24 poin, menjadikannya tim promosi dengan performa paling stabil.

Pencapaian ini jauh melampaui tim promosi lain seperti Bhayangkara Presisi Lampung FC dan Persijap Jepara yang masih kesulitan.

“Tetaplah berjuang untuk klub ini. Saya berharap semua pemain bekerja keras dan pantang menyerah,” tutur dia.

Load More