Bola / Bola Indonesia
Rabu, 31 Desember 2025 | 11:45 WIB
Ole Romeny, penyerang Timnas Indonesia asal Oxford United, ingin belajar Bahasa Indonesia karena merasa punya ikatan spesial dengan suporter. Simak kisahnya. (Instagram/@oleromeny)
Baca 10 detik
  • Ole Romeny, penyerang Oxford United, bertekad mempelajari Bahasa Indonesia sebagai balasan atas sambutan luar biasa suporter Timnas.
  • Romeny sangat terkesan dengan antusiasme pendukung Garuda, terutama saat penyambutan emosional di bandara Indonesia.
  • Debutnya terukir sempurna dengan gol di SUGBK melawan Bahrain, menghasilkan atmosfer stadion yang ia nilai sangat magis.

Suara.com - Penyerang anyar Timnas Indonesia yang kini merumput bersama Oxford United, Ole Romeny, mengungkapkan niat seriusnya untuk segera mempelajari Bahasa Indonesia.

Pemain berusia 25 tahun yang memiliki darah keturunan dari sang nenek tersebut merasa memiliki ikatan emosional yang sangat kuat dengan para penggemar di Tanah Air.

Keinginan ini muncul sebagai bentuk timbal balik atas cinta luar biasa yang ia terima dari suporter Skuad Garuda, bahkan sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di bandara.

Romeny mengaku belum pernah merasakan antusiasme gila seperti yang ia alami saat memutuskan membela Merah Putih.

"Saya belum pernah mengalami kegilaan seperti itu," ungkap Romeny dalam wawancaranya dengan media Belanda, De Gelderlander.

Ia masih mengingat jelas momen ketika ribuan orang menyambutnya dengan tangisan haru, padahal saat itu ia belum memberikan kontribusi apa pun di lapangan.

"Saya ingat semua orang yang datang menemui saya di bandara, saya melihat orang-orang menangis," kenangnya.

Popularitas Romeny meledak drastis, terlihat dari jumlah pengikut Instagram-nya yang melonjak dari 25 ribu menjadi jutaan dalam waktu singkat.

Meski awalnya tidak menyadari bahwa ia memenuhi syarat (eligible) untuk membela Indonesia, konfirmasi dari ibunya mengenai asal-usul sang nenek mengubah segalanya.

Baca Juga: John Herdman Dibayar Rp670 Juta per Bulan, PSSI Dapatkan Kualitas dengan Harga Miring?

Debut impiannya semakin sempurna ketika ia berhasil mencetak gol ke gawang Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).

Romeny menggambarkan atmosfer di SUGBK saat itu sangat magis, bahkan jauh lebih berisik dibandingkan stadion-stadion di Eropa.

"Atmosfernya seperti De Kuip (markas Feyenoord) dikali tiga," ujarnya takjub.

Getaran stadion saat ia mencetak gol memberikan perasaan yang sulit dideskripsikan dengan kata-kata.

"Saat saya mencetak gol melawan Bahrain, saya merasakan Stadion Gelora Bung Karno bergetar, energi yang dilepaskan belum pernah terjadi sebelumnya," tambah eks pemain FC Utrecht itu.

Di balik aksi lapangannya, Romeny juga memiliki makna khusus dalam setiap selebrasi golnya yang khas dengan tangan di bawah dagu dan kepala tegak.

Load More