Entertainment / Gosip
Senin, 06 Oktober 2025 | 13:37 WIB
Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda (Instagram/s_tjo)

Suara.com - Fenomena pejabat penjilat mendadak mencuat ke publik setelah pengakuan Hasan Nasbi yang secara terbuka menyebut dirinya sebagai penjilat Presiden Prabowo.

Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda turut memberikan pandangan kritisnya terhadap isu tersebut dalam program QNA di Metro TV.

Menurut Sherly, praktik menjilat atasan bukanlah hal baru, bahkan sudah menjadi rahasia umum dalam birokrasi.

Namun ia menilai bahwa budaya menjilat bisa dikendalikan oleh pimpinan melalui ketegasan dalam menilai kinerja bawahannya.

“Jadi menjadi penjilat atau tidak sebenarnya bagaimana kita mengaturnya,” kata Sherly Tjoanda dikutip dari YouTube Metro TV yang diunggah pada Minggu, 5 Oktober 2025.

Sherly juga menyinggung praktik masa lalu di mana pujian terhadap atasan sering berujung pada promosi jabatan.

“Mungkin di masa lalu ada pejabat yang misalnya suka dipuji-puji. Kalau dipuji-puji sama ASN, ASN itu dipromosi,” ungkapnya.

Namun, Sherly mengaku bahwa aksi itu tidak berlaku di masa kepemimpinannya yang lebih berorientasi pada hasil dan kontribusi nyata.

Baca Juga: Prabowo: Organisasi TNI yang Usang Harus Diganti Demi Kesiapan Nasional

“Tapi ketika dia sudah coba satu tahun puji-puji saya dia enggak dipromosi, kan berarti dia mempelajari ‘oh berarti ibu ini enggak suka dipuji,” bebernya.

Sebagai atasan, Sherly kerap blak-blakan kepada bawahannya bahwa ia tidak suka para penjilat yang kerap memujinya berlebihan.

Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda (Instagram/s_tjo)

Ia bahkan merasa tak haus pujian hingga tak butuh tambahan materi dari jabatan yang diembannya saat ini.

“Saya selalu ngomong to the point, saya tidak perlu dipuji, saya tidak perlu dikasih tambahan ekonomi,” ucapnya tegas.

Sherly bahkan mengaku lebih menghargai output dibanding sanjungan atau pendekatan personal.

“Saya sukanya output, ketika kalian memberikan value tambahan bagi saya, kamu saya pakai,” tuturnya.

Load More