Entertainment / Gosip
Jum'at, 07 November 2025 | 06:00 WIB
Konten kreator asal Papua, Paul Shady kritik keras mahasiswa papua yang suka bikin onar di perantauan (Instagram)
Baca 10 detik
  • Video Paul Shady asal Papua viral karena mengkritik oknum mahasiswa penerima beasiswa yang merusak citra daerahnya.

  • Paul mendukung tulisan Desy Aices yang menyoroti perilaku negatif sebagian mahasiswa Papua.

  • Ia mengajak anak muda Papua untuk memanfaatkan kesempatan kuliah dan media sosial secara positif.

Suara.com - Sebuah video yang diunggah oleh konten kreator asal Papua, Paul Shady (@itspaulshady), menjadi viral dan memicu diskusi hangat di kalangan warganet.

Dalam videonya, Paul secara terbuka mengkritik perilaku segelintir oknum mahasiswa Papua.

Terlebih para penerima beasiswa yang dinilai telah menyia-nyiakan kesempatan emas untuk menempuh pendidikan dan justru merusak nama baik daerahnya.

Video tersebut dibuat sebagai respons terhadap tulisan viral dari Desy Aices, seorang mahasiswi IPB asal Asmat, Papua, yang lebih dulu menyuarakan keprihatinannya.

Paul Shady menyoroti bagaimana perilaku negatif seperti mabuk-mabukan dan membuat keributan oleh beberapa oknum mahasiswa asal Papua telah menciptakan stigma buruk yang berdampak pada semua mahasiswa asal Papua.

"Sukanya mabuk-mabukan, tapi pas susah cari kos-kosan malah marah. Mau salahkan siapa?" ujar Paul dalam pembukaan videonya, merangkum inti masalah yang sering terjadi.

Paul Shady setuju penuh dengan kritik yang dilontarkan Desy. Ia menyoroti tulisan Desy yang berbunyi yang menyoroti oknum mahasiwa yang kerap bikin onar di perantuan.

"Maksudnya kamu sekolah-kuliah dan hidup pake beasiswa baru tidak ukir prestasi tapi mabuk trus buat masalah, bikin anak, kas tunjuk taring tuh biar apa?!".

Menurut Paul, kalimat ini dengan tajam menangkap kekecewaan banyak pihak terhadap oknum mahasiswa yang tidak bertanggung jawab.

Baca Juga: Detik-detik Kakak Adik di Kendal Ditemukan Lemas, 2 Minggu Jaga Jasad Ibu Cuma Minum Air Putih

Ia menegaskan bahwa yang dikritik adalah "oknum," bukan seluruh mahasiswa Papua.

Dampak dari perilaku segelintir orang ini, lanjut Paul, sangat merugikan. Mahasiswa Papua lain yang serius belajar dan menjaga sikap menjadi korban, salah satunya adalah kesulitan dalam mencari tempat tinggal atau kos.

Pemilik kos menjadi ragu bahkan enggan menerima penyewa dari Indonesia Timur karena khawatir tempatnya akan dijadikan lokasi keributan.

"Bikin kita yang hidupnya normal atau yang hidupnya lurus-lurus aja jadi ikut terkena dampaknya," jelas Paul, yang juga memiliki pengalaman menempuh pendidikan di Semarang.

Ilustrasi mahasiswa Papua [Suara.com/Alfian Winanto]

Selain itu, kritik Desy yang juga diamini oleh Paul adalah mengenai penggunaan media sosial.

Alih-alih memanfaatkan platform digital untuk membangun personal branding dan memperluas jaringan karir, beberapa oknum justru menggunakannya untuk memamerkan gaya hidup yang tidak pantas, seperti minum-minuman keras.

Load More