Suara.com - Kepribadian biasanya dikaitkan dengan kesuksesan seseorang dalam karir atau keberhasilannya dalam menjalin suatu hubungan asmara.
Tapi tahukah Anda bahwa kini, kepribadian erat kaitannya terhadap kesehatan. Hal tersebut berpengaruh pada risiko penyakit yang dihadapi dan panjangnya usia.
Menurut studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological and Personality Science, mereka yang lebih ekstrovert, menyenangkan, teliti, lebih tahan terhadap penyakit. Ini mungkin dikarenakan mereka memiliki kebiasaan baik dalam menjaga kesehatan dan mampu mengonsultasikan kondisi kesehatan mereka dengan dokter.
"Penelitian kami merupakan penelitian pertama yang menganalisis bagaimana kepribadian seseorang bisa memprediksi penyakit yang dideritanya di kemudian hari," kata Josh Jackson, peneliti dari Washington University di St Louis.
Konsep bahwa dampak kepribadian terhadap kesehatan sebenarnya bukanlah hal baru. Namun, terdapat ketidakjelasan dalam membedakan antara ciri-ciri kepribadian sebagai faktor risiko, atau sebagai efek samping dari penyakit.
Jackson, Sara Weston, peneliti utama dari Washington University, dan rekan mereka Patricia, berusaha untuk menentukan hubungan antara kepribadian seseorang dengan penyakit tertentu yang dideritanya dengan menggunakan data 7000 penduduk Amerika dengan usia rata-rata 68 tahun.
Untuk menyingkirkan orang-orang dengan penyakit yang tidak terdiagnosis, mereka membatasi sampel hanya pada orang-orang yang mengunjungi dokter atau klinik dua tahun sebelumnya.
Para peserta dihadapkan beberapa daftar kata sifat, antara lain "outgoing" dan "ramah" untuk "piawai" dan "dominan". Mereka diberikan skala 1-4, untuk menggambarkan tidak sama sekali hingga seberapa baik setiap kata menggambarkan kepribadian mereka.
Kemudian, para peneliti memberikan skor pada peserta terhadap "Big Five" tipe kepribadian, antara lain: extraversion, keramahan, kesadaran, emosional, dan keterbukaan. Kemudian para peserta diberi daftar penyakit serius dan mereka harus memilih sesuai dengan penyakit yang dideritanya.
Temuan menunjukkan ada hubungan yang kuat antara kepribadian dan risiko penyakit di kemudian hari. Kepribadian tidak memprediksi risiko kanker yang diderita empat tahun kemudian, tapi terkait dengan timbulnya banyak penyakit lainnya. Tingginya kadar extraversion, keramahan, keterbukaan, dan kesadaran yang dimiliki seseorang membuatnya memiliki kesehatan yang lebih baik dibanding orang yang cenderung emosional. Justru mereka akan lebih rentan terserang penyakit serius.
Orang dengan tingkat kesadaran yang tinggi, menurunkan kemungkinan terdiagnosis stroke hingga 37 persen. Sedangkan orang yang memiliki kepribadian terbuka terhadap suatu hal memiliki penurunan risiko terkena stroke, jantung, dan hipertensi hingga 31 persen. Sementara orang dengan tingkat emosional yang tinggi memiliki risiko tinggi terkena serangan jantung hingga 24 persen, penyakit paru-paru sebesar 29 persen, hipertensi sebesar 37 persen.
Penelitian ini berkorelasi dengan temuan penelitian pada 2013, yang diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE. Temuan tersebut menunjukkan bahwa orang yang memiliki kepribadian yang emosional paling sering melepaskan hormon stres kortisol yang berbahaya bagi otak dan sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, orang yang emosional cenderung gampang cemas, khawatir, suasana hati yang gampang berubah, mudah depresi, yang membuat mereka rentan terhadap penyakit serius.
Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kepribadian seseorang dengan risiko penyakit tertentu. Meski demikian, bukan berarti kepribadian yang Anda miliki menjadi penyebab datangnya suatu penyakit pada tubuh Anda. Hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu dokter untuk mendiagnosis penyakit yang diderita pasien dengan mengetahui terlebih dahulu kepribadian pasien tersebut. (Medical daily)
Berita Terkait
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Atap Asbes Bisa Picu Kanker, Ini 5 Alternatif Lain yang Lebih Aman dan Awet
-
Sakit Tak Kunjung Sembuh, Fahmi Bo Akhirnya Temukan Sumber Masalah Kesehatannya
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar
-
Mengenal Teknologi Hematologi Sysmex XQ Series, Dapat Deteksi Dini Thalassemia
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
Terkini
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?