Suara.com - Autisme merupakan kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang kebanyakan diakibatkan oleh faktor hereditas dan kadang-kadang telah dapat dideteksi sejak bayi berusia 6 bulan. Kejadian ini sering terjadi tanpa bisa dipantau sebabnya.
Namun sebuah penelitian terbaru yang dipimpin oleh Johns Hopkins menemukan bahwa DNA yang dibawa oleh sperma sang ayah bisa jadi petunjuk awal untuk mendeteksi risiko autisme pada sang anak.
Wakil ketua tim penelitian Daniele Fallin mengatakan bahwa perubahan epigenetik yang diwariskan dari ayah ke anak-anak, dapat dideteksi dari sperma yang dimiliki sang ayah. Dalam penelitian ini, peneliti mencari kemungkinan penyebab kondisi tidak normal dalam gen itu sendiri, terutama dalam 'epigenetik' yang berfungsi mengatur aktivitas gen.
Untuk mengetahui kemungkinan itu, Andrew Feinberg, Fallin dan tim peneliti, melakukan penilaian 'epigenetik' pada DNA dari sperma 44 orang ayah. Penelitian ini juga mendaftarkan ibu hamil yang sudah memiliki anak dengan autisme, dan mengumpulkan informasi berupa sampel biologis dari ibu, ayah dan bayinya setelah lahir.
Pada satu tahun setelah anak lahir, peneliti mendapatkan bukti bahwa anak yang dihasilkan dari sperma yang disebutkan tadi memiliki tanda-tanda awal autisme menurut perhitungan menggunakan Skala Autisme Observasi untuk Bayi (AOSI).
Lalu bagaimana jenis sperma yang dapat menghasilkan anak autisme? Untuk mendapatkan jawaban ini, peneliti mengumpulkan DNA dari masing-masing sampel sperma dan mencari 'tag epigenetik' pada 450.000 kemungkinan yang berbeda di seluruh genom. Kemudian hasil temuan akan dibandingkan hingga ditemukan skor AOSI setiap anak.
Peneliti menemukan 193 kemungkinan berbeda yang berhubungan dengan skor AOSI. Hasilnya peneliti memang tidak bisa menjelaskan dari mana sperma itu membawa faktor autisme.
Menurut peneliti, autisme sudah menjadi gen bawaan yang permanen. Gen sperma yang memiliki kemungkinan ini memiliki perkembangan yang sangat mencolok, terutama pada perkembangan sarafnya.
Yang menarik adalah empat dari 10 kemungkinan terkait dengan sindrom Prader Willi, kelainan genetik yang menjadi gejala terbesar penyebab autisme. (Zeenews)
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan