Suara.com - Pelangsing kini telah semakin populer di tengah masyarakat. Tapi penelitian menunjukkan, diet yang tinggi protein dan rendah karbohidrat, yang biasa disebut dengan diet gaya Atkins, tidak dapat membantu untuk penurunan berat badan bahkan justru bisa menyebabkan kerusakan.
Sebuah studi terkini menemukan orang-orang yang mengikuti gaya diet Atkins, hampir dua kali lebih mungkin untuk mendapatkan berat badan yang tidak diharapkan.
Mereka juga berisiko lebih besar meninggal selama penelitian dibandingkan mereka yang diet lebih seimbang.
Para ilmuwan Spanyol mengatakan meskipun diet ini populer, sebenarnya tidak ada bukti diet tinggi protein membantu orang menurunkan berat badan dalam jangka panjang.
Bahkan, ada bukti bahwa mereka justru dapat menyebabkan masalah kesehatan. Protein lebih mengisi daripada karbohidrat, dan diet Atkins menyarankan makan banyak protein untuk membantu menurunkan berat badan.
Diet Atkins menyarankan mengganti roti dan kentang goreng untuk sarapan dengan steak. Jenis diet tersebut telah diikuti oleh tiga juta warga Inggris, dan hingga kini diet tersebut masih banyak dilakukan oleh banyak orang.
Penelitian terbaru, dari Rovira i Virgili University di Reus, melacak kesehatan lelaki dan perempuan yang memiliki risiko tinggi penyakit jantung selama hampir lima tahun.
Perhatian khusus diberikan untuk berapa banyak protein yang mereka makan. Analisis menunjukkan mereka yang makan banyak protein dan sejumlah kecil karbohidrat, seperti yang diterapkan pada diet Atkins, hampir dua kali lebih mungkin mendapatkan lebih dari 10 persen dari berat badan mereka.
Selain itu, 59 persen lebih mungkin untuk meninggal selama penelitian. Mereka yang mengisi protein tetapi juga mengurangi lemak tampaknya dapat menjadi lebih berisiko.
Kongres Obesitas Eropa mengatakan kelompok ini memiliki kesempatan 66 persen lebih besar dari sekarat.
Para penulis mengatakan, diet ini juga bisa menyebabkan tingkat yang lebih tinggi dari kerusakan ginjal, serta perubahan tingkat lemak darah dan cara tubuh memproses gula.
Mereka menyimpulkan: 'asupan protein yang lebih tinggi, dikaitkan dengan peningkatan risiko jangka panjang kenaikan berat badan dan kematian secara keseluruhan pada populasi Mediterania berisiko tinggi kardiovaskular.
Pada saat ini, tidak ada bukti yang mendukung penggunaan diet protein tinggi sebagai strategi untuk menurunkan berat badan jangka panjang. Beberapa bukti justru menunjukkan efek negatif dari diet protein tinggi pada hasil klinis lainnya.
Helena Gibson-Moore, dari British Nutrition Foundation, mengatakan bahwa diet tinggi protein dapat membantu melangsingkan dalam jangka pendek. Namun dia menambahkan: "Bukti pendukung penggunaan diet protein tinggi untuk menurunkan berat badan jangka panjang lebih lemah - mungkin karena diet tinggi protein dapat sulit untuk menempel."
Ada beberapa kekhawatiran tentang keamanan diet protein tinggi dalam jangka panjang.
"Sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum memulai gaya diet baru, terutama jika Anda yang memiliki kondisi kesehatan tertentu," kata dia.
Bahkan, menurut sebuah penelitian terbaru, makan enam kali sehari bisa menjadi cara terbaik untuk mendapatkan bentuk tubuh ideal.
Ilmuwan California State University meneliti perempuan gemuk yang makan enam porsi kecil sehari selama dua minggu. Kelompok ini kemudian beralih ke makan jumlah kalori yang sama setiap hari, tapi dalam dua kali makan besar.
Jurnal Nutrition Research melaporkan bahwa makan dalam porsi sedikit, tetapi sering membantu peserta kehilangan lebih banyak lemak dan otot. (Daily Mail)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja