Studi memperkirakan, sekitar 30 persen orang yang menderita penyakit hati, tidak merasakan gejala. Sementara sekitar 70 persen sisanya menunjukkan gejala dalam berbagai bentuk. Inilah mengapa, penyakit hati sering dianggap sebagai 'pembunuh diam-diam'.
Padahal penyakit hati akan lebih mudah ditangani ketika diketahui sejak awal. Untuk itu, Viktor Lee ahli penyakit hati dari Gleneagles Hospital Singapore mengingatkan penting bagi kita semua untuk dapat mengenali gejala dini penyakit liver sebelum terlambat.
Menurut Lee, gejala yang paling umum dari kerusakan hati adalah jaundice, yaitu satu keadaan di mana mata dan kulit nampak kuning. Jaundice umum terjadi pada penderita penyakit hati karena langsung disebabkan oleh rusaknya fungsi hati.
Jaundice terjadi karena terlalu banyak bilirubin (pigmen warna kuning) dalam darah. Bilirubin terbentuk ketika sel darah merah didaur ulang. Bilirubin dibawa darah ke hati, kemudian masuk ke tubuh melalui saluran pencernaan dan terbuang melalui tinja.
“Pada penderita kerusakan hati, bilirubin tidak bisa dipindahkan oleh hati sehingga menumpuk di darah dan tersimpan di kulit dan mata, inilah yang mengakibatkan warna kuning pada kulit dan mata,” kata Lee dalam acara peluncuran kampanye “Operasi Kuning” yang diselenggarakan Gleneagles Hospital Singapore, di Jakarta, Rabu (19/8/2015).
Lee menambahkan, Jaundice tidak terbatas pada warna kuning di kulit saja, yang juga merupakan persoalan tersendiri bagi orang Asia yang berwarna kulit kuning. Penderita jaundice juga mengalami urine berwarna gelap dan tinja berwarna pucat.
Hal ini karena bilirubin tidak bisa sampai ke tinja, jadi makin banyak bilirubin yang terbuang melalui urine.
"Disamping jaundice, gejala lain dari kerusakan hati mirip dengan flu, seperti lelah, demam, mual, hilang nafsu makan dan nyeri abdomen (otot perut). Maka penting untuk mewaspadai gejala ini terutama jika ditemui gejala jaundice," pungkas dia.
Berita Terkait
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan dari Bekasi, Gunung Kidul dan Sukadana
-
Rano Karno Sebut Penting Sedot Tinja 3 Tahun Sekali: Kalau Tidak bisa Meledak!
-
Kepergok! Truk Tinja Buang Limbah ke Got di Jatinegara, Satu Truk Langsung Diamankan
-
Terekam Buang Limbah Tinja ke Saluran Air Jatinegara, Pelaku Kini Diburu Dinas LH
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan