Suara.com - Penyakit jantung bawaan merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di anak-anak akibat bawaan. Setiap 4 juta kelahiran, dipastikan ada sekitar 40 ribu bayi yang mengidap penyakit ini.
Sayangnya tak semua penyakit jantung bawaan mudah dideteksi. Dokter spesialis jantung Siloam Heart Institute, Prof dr Ganesja Harimurti, SpJP menjelaskan bahwa 50 persen penyakit jantung bawaan tidak terdeteksi. Akibatnya tumbuh kembangnya menjadi terganggu sehingga memiliki keterbatasan dalam menjalani aktivitas tak seperti anak lain seusianya.
"Adanya kelainan pada jantung misalnya lubang pada jantung bisa meningkatkan aliran darah ke paru-paru hingga 10 kali lipat. Akibatnya anak menjadi sering batuk, demam, panas, hal ini bisa memicu pertumbuhannya, berat badan kurang," ujar Prof Ganesja pada temu media di Siloam Heart Institute, Jakarta, Selasa (27/10/2015).
Penyakit jantung bawaan sendiri disebabkan oleh kegagalan pembentukan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin yang biasanya terjadi saat usia kehamilan 3 bulan pertama. Berbagai risiko bisa memicu kelainan ini salah satunya usia ibu saat melahirkan.
"Sebaiknya hamil tidak boleh terlalu tua misalnya 40 tahun keatas. Hal ini bisa memicu kelainan dalam pembentukan jantung. Paling bagus hamil dibawah usia 35 tahun," imbuh Prof Ganesja.
Selain faktor usia saat hamil, paparan sinar radiasi saat rontgen dan asap rokok juga bisa memicu timbulnya penyakit jantung bawaan pada anak.
"Banyak sekali perempuan yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang hamil. Lalu dia melakukan rontgen dan akhirnya terpapar radiasi, hal ini juga memicu gangguan pembentukan jantung janin," sambungnya.
Berbagai virus seperti campak Jerman, Rubella dan Toksoplasma juga dapat meningkatkan risiko ini. Oleh karena itu, Prof Ganesja mengingatkan agar para bumil selalu memperhatikan kondisi janin dan dirinya.
"Hindari faktor risikonya dan lakukan deteksi dini dengan pemeriksaan USG untuk melihat perkembangan janin termasuk melihat ada tidaknya kelainan pada jantung," pungkasnya.
Berita Terkait
-
5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
-
Sunscreen SPF Berapa yang Aman untuk Ibu Hamil? Ini 8 Rekomendasinya
-
Kabar Terbaru Eks Chelsea Oscar yang Dilarikan ke RS karena Masalah Jantung
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
7 Rekomendasi Skincare Lokal Untuk Ibu Hamil dan Menyusui, Tetap Glowing Tanpa Khawatir
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis