Suara.com - Masih ingatkah Anda dengan penyakit multiple sclerosis (MS) yang merenggut nyawa komedian "Pepeng" Ferrasta Soebardi pada Mei 2015? Ya, penyakit yang menyerang sistem saraf pusat ini memang termasuk penyakit langka di dunia.
Penderita multiple sclerosis mengalami kerusakan pada serabut saraf atau myelin di otak atau sumsum tulang belakang sehingga mengganggu sistem koordinasi tubuh. Gejala yang mungkin timbul pada penderitanya antara lain, gangguan keseimbangan, jatuh secara tiba-tiba, lumpuh, hingga gangguan penglihatan.
Meski hingga kini belum diketahui pasti faktor risiko penyebab multiple sclerosis, dr Riwanti Estiasari SpS dari FKUI-RSCM mengatakan, stres bisa memicu kerusakan pada otak yang pada gilirannya bisa menyebabkan multiple sclerosis.
"Kalau stres, otak akan menghasilkan zat kimia tertentu yang bisa memicu serangan multiple sclerosis. Terlebih pada mereka yang sudah terdiagnosis penyakit ini," ujarnya pada temu media di Jakarta, Selasa (26/1/2016).
Hal ini dibenarkan oleh penderita multiple sclerosis, Kanya Puspokusumo. Perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Multiple Sclerosis Indonesia ini mengakui bahwa stres yang menderanya menjadi salah satu pemicu penyakit autoimun yang dideritanya sejak 1997.
"Saya mengakui memang waktu itu saya stres, karena kerjaan dan kemudian ada masalah keluarga sehingga tiba-tiba muncul gejala multiple sclerosis ini," ujar Kanya.
Riwa pun mengimbau agar masyarakat menjalani pola hidup sehat dan menghindari perilaku yang memicu stres untuk menurunkan risiko mengidap berbagai penyakit salah satunya multiple sclerosis.
"Meski orang yang menjalani pola hidup sehat belum tentu terhindar dari risiko Multiple Sclerosis, tapi tentu mereka akan lebih terlindungi dari berbagai risiko penyakit. Dan yang terpenting bagaimana mengelola stres dengan baik," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Baca 41 Buku tentang Nabi Muhammad, Mongol Stres Temukan Pedoman Hidup
-
Kepala 'Meledak' Gara-gara Stres? Ini 10 'Obat' Simpel yang Bisa Bikin Tenang Lagi
-
Aneh Tapi Nyata: Memeluk Pohon Ternyata Bisa Bikin Kita Lebih Sehat dan Bahagia
-
Mata Lelah, Pikiran Kacau? Mungkin Kamu Butuh Digital Detox
-
Saat Kata-kata Tak Lagi Cukup: Kenalan Sama 'Art Therapy', Jurus Ampuh Lawan Stres
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?