Suara.com - Imbauan untuk menghindari menatap matahari tak hanya berlaku saat gerhana matahari total. Dalam kondisi normal pun, hal yang sama juga disarankan untuk tidak menatap matahari secara langsung untuk mengantisipasi dampak gangguan penglihatan yang disebabkan oleh paparan sinar matahari secara berlebihan.
Dokter spesialis mata, Rumita Kadarisman, gangguan penglihatan akibat paparan sinar matahari ini tak dapat dipulihkan. Dokter hanya memberikan diagnosis terkait kerusakan organ mata yang dialami pasien usai menatap sinar matahari secara langsung.
"Memang belum ada terapi efektif untuk mengatasi gangguan penglihatan akibat solar eclipse retinopathy ini. Jadi ketika pasien menceritakan keluhannya, kami mendiagnosis jenis kerusakan mata yang diderita, seberapa parah kerusakannya," ujar Rumita ketika dihubungi suara.com, Selasa (8/3/2016).
Oleh karena itu, hal yang bisa dilakukan adalah melakukan pencegahan dengan menghindari menatap sinar matahari secara langsung.
"Jadi daripada mengalami kerusakan mata baik ringan maupun berat, memang lebih baik mencegah. Pakai kacamata dengan filter sinar UV dan Infrared untuk menghambat paparannya masuk ke retina mata," imbuhnya.
Terlebih risiko yang ditimbulkan dari solar eclipse retinophaty, atau kerusakan retina akibat menatap gerhana matahari total secara langsung seringkali tak disadari penderitanya. Hal ini terjadi karena retina yang berfungsi sebagai saraf mata mengalami kerusakan. Namun 2-3 jam berselang, penderita bisa mulai merasakan gangguan penglihatan dalam skala ringan hingga berat.
"Gejalanya bisa berupa penglihatan menjadi buram dan muncul skotoma atau bayangan hitam yang menutupi pandangan. Penderita juga bisa mengalami metamorphopsia atau objek menjadi tidak normal misalnya melihat garis lurus jadi bengkok. Gejala lain gangguan penglihatan warna, dan sakit kepala," sambungnya.
Dalam kasus tertentu kebutaan juga bisa menghampiri para penikmat gerhana matahari total secara langsung dalam waktu yang cukup lama.
"Menatap terus menerus dalam jangka waktu lama memang bisa menyebabkan kebutaan. Dan tentu saja kondisi ini tidak bisa disembuhkan," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Gosong usai Terpapar Matahari? Ini 5 Cara Mengembalikan Warna Kulit Belang
-
5 Sunscreen SPF 50 yang Ringan dan Cepat Meresap, Nyaman Dipakai Seharian
-
5 Sunscreen Terbaik dengan Cooling Effect, Segar di Kulit dan Murah Harganya
-
5 Serum Vitamin C Terbaik untuk Meratakan Warna Kulit di Usia 30 Tahun, Bye Kulit Kusam!
-
Tak Cuma Produk Skincare, 5 Bahan Alami Ini Juga Ampuh Hilangkan Flek Hitam di Wajah
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?