Suara.com - Para ilmuwan telah berhasil mengidentifikasi fase keempat kehidupan, yang mereka klaim sebagai tahap yang mengantarkan kepada kematian. Fase keempat ini oleh para pakar biologi disebut sebagai "spiral kematian".
"Kami yakin ini adalah bagian dari proses, yang pada dasarnya merupakan kematian yang telah diprogram secara genetika," kata Laurence Mueller, ilmuwan dari University of California, Amerika Serikat dalam wawancara dengan Live Science pekan ini.
Mueller dalam risetnya memang cuma meneliti lalat buah, tetapi dia yakin bahwa hasil penelitiannya itu bisa membantu menjelaskan fase terakhir kehidupan manusia.
Dalam studinya yang diterbitkan awal tahun ini di jurnal Biogerontology, Mueller dkk menyimpulkan bahwa spiral kematian lalat buah bisa dilihat dari penurunan tingkat kemampuan reproduksinya.
Dalam risetnya Mueller dkk menganalisis beberapa studi tentang ini, salah satunya adalah riset di 2015 dalam The Journals of Gerontology yang mengatakan bahwa "hari pertama seekor lalat betina berhenti bertelur" adalah salah satu tanda awal yang signifikan menuju kematian.
Para ilmuwan yakin bahwa apa pun penyebab kematian lalat itu, faktor itu juga memengaruhi kemampuan lalat untuk bereproduksi jelang kematiannya.
Tanda-tanda jelang kematian ini juga ditemukan oleh para peneliti yang mengamati lalat buah dari Mediterania. Dalam riset di tahun 2002, mereka menemukan bahwa 16 hari sebelum mati, 97 persen lalat jantan akan berbaring dengan kaki ke atas.
Studi lain, yang terbit di jurnal Scientific Reports pada 22 Maret lalu, juga menunjukkan gejala yang sama pada lalat buah, nematoda, dan ikan zebra. Dalam studi ini ditemukan bahwa sebelum mati, tiga binatang ini mengalami kebocoran pada usus. Dengan kata lain, kebocoran usus adalah tanda spiral kematian pada tiga mahluk ini.
Lalu, bagaimana dengan manusia? Adakah spiral kematian pada manusia?
Dalam studinya sendiri Mueller mengutip sebuah penelitian dari 2008 di jurnal Proceedings of the National Academy of Science sebagai bukti bahwa manusia juga mengalami spriral kematian.
Dalam studi itu para ilmuwan mengumpulkan data kemampuan fisik dan kognitif dari 2.262 warga Denmark yang berusia antara 92 sampai 100 tahun selama periode 1998-2005.
Mereka menemukan bahwa kemampuan kognitif dan fisikal orang-orang yang meninggal dalam periode dua tahun pertama penelitian lebih rendah ketimbang mereka yang masih hidup sampai 2005.
Kemampuan kognitif dan fisik ini antara lain kekuatan genggaman tangan dan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan serta menggunakan toilet. Para sukarelawan dalam penelitian itu juga diminta mengerjakan sejumlah tes untuk mengukur kemampuan kognitif mereka.
Menurut Mueller penelitiannya bukan bertujuan untuk menghentikan atau menunda kematian. Tetapi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia jelang kematian.
Berita Terkait
-
Tragis! Ojol Tewas di Demo: Masyarakat Desak Penyelidikan Tuntas, Ada Apa dengan Kendaraannya?
-
Ada Kejanggalan, Anggota Keluarga Arya Daru Ajukan Perlindungan LPSK
-
Minta Bekingan LPSK, Keluarga Arya Daru Kini Diteror Kiriman Aneh Termasuk Bunga Kamboja!
-
Aktivis Vian Ruma dan Ironi Suara Rakyat yang Dihilangkan
-
Kasus Ojol Tewas di Makassar: Yusril Beri Ultimatum Polda Sulsel, Ada Apa?
Terpopuler
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
PSSI Protes AFC, Wasit Laga Timnas Indonesia di Ronde 4 Kok dari Timur Tengah?
-
Kuliah di Amerika, Tapi Bahasa Inggris Anak Pejabat Ini Malah Jadi Bahan Ledekan Netizen
-
Shell Rumahkan Karyawan, BP Tutup 10 SPBU Akibat BBM Langka Berlarut-larut
Terkini
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?