Suara.com - Guru besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB Prof Upik Kesumawati mengatakan penyebaran virus zika dapat dicegah dengan mengendalikan vektor utamanya yakni nyamuk aedes aegypti dengan membersihkan lingkungan secara intensif.
"Nyamuk bisa dikendalikan asal kita mau," katanya di Bogor, Rabu (7/9/2016).
Prof Upik menjelaskan pengendalian aedes aegyti dengan 3M plus yakni mengubur, menguras dan menghilangkan wadah yang mengandung air. Pola hidup sehat dan lingkungan yang bersih.
"Bersihkan tempat penampungan air minimal seminggu sekali dan gosok hingga bersih karena telur aedes aegyti menempel di dinding wadah," katanya.
Menurut Prof Upik, telur aedes aegypti memiliki keistimewaan dapat bertahan hidup walau tidak ada air.
"Telurnya tahan kering, begitu ada air hujan dia berkembang lagi. Beda dengan nyamuk lain, kalau tidak ada iar akan mati. Intinya menutup wadah air," katanya.
Hasil penelitian menunjukkan, lanjut Prof Upik, aedes aegypti adalah nyamuk yang tangguh, tidak hanya mampu bertelur di tempat yang jernih, tapi juga bisa bertelur di air yang berpolusi.
"Nyamuk ini mudah beradaptasi dengan lingkungan. Perilaku nyamuk aedes aegypti yang dianggap nyamuk siang hari ternyata hasil riset menemukan nyamuk ini ditemukan pada malam hari. Ini adalah perubahan perilaku adaptif dari aedes aegypti," katanya.
Sementara itu pakar virus dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB Dr Surachmi Setyaningsih menjelaskan penyebaran virus zika sudah diketahui sejak 1974 dan pertama ditemukan pada monyet di Afrika.
Virus diketahui menyebar ke Asia, selanjutnya pada 2007 mulai banyak menular dan meletus ketika akhir 2014 hingga 2015 bahkan hingga kini masih terjadi.
"Virus ini pernah hilang dan muncul lagi. Sampai saat ini, virus zika menginfeksi primata, belum ada bukti menginveksi ternak dan belum ada vaksinnya," katanya.
Surachmi juga menjelaskan bahwa virus tersebut ditularkan oleh nyamuk terutama aedes aegypti (vektor dengeu, yellow fever, chikungunya). Vektor definitif maupun potensial banyak terdapat di Afrika, Amerika, Asia, Eropa dan Kepulauan Pasifik.
"Terdeteksinya zika di Singapura, harusnya Indonesia lebih waspada karena potensi penularannya sangat tinggi. Lingkungan mendukung dan kepedulian masyarakat kurang. Ini faktor resiko yang kami anggap penting, harus digarap serius dan tidak bisa parsial," katanya.
Saat ini, tambah Surachmi, Singapura sudah melaporkan adanya serangan zika pada manusia. Karena adanya isu tersebut, kemungkinan ada hubungannya dengan bayi yang akan dilahirkan. Singapura mendeteksi gejala ringan seperti demam, mata merah, bercak merah (seperti demam berdarah).
"Jarak Singapura dan Indonesia cukup dekat. Nyamuk tiak berbedah jauh spesiesnya dengan Indonesia. Di Singapura, sanitasinya bagus tetapi bisa tertular, apalagi di Indonesia, yang sanitasinya masih bermasalah, maka harus siap dan tingkatkan kewaspadaan," katanya.
Profesor Upik menambahkan penyebaran virus zika harus diwaspadai, karena manusia menyediakan habitatnya. Lingkungan rumah dan sekelilingnya penuh dengan wadah air yang bisa mengakibatkan Aedes aegypti berkembang biak.
Terdapat kaleng bekas, sisa barang yang menumpuk di dalam rumah, yang menjadi tempat kembang biaknya nyamuk.
Selama ini, lanjutnya, masyarakat sudah mengetahui bahwa mereka menyediakan air yang bisa menjadi tempat berkembang biak aedes aegypti. Namun kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya masih rendah.
"Hasil pengamatan jentik di beberapa daerah menunjukkan angka bebas jentik di wilayah Bogor masih jauh dari standar pemerintah. Rata-rata mencapai 17 sampai 18 persen," jelas Prof Upik.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?