Ilustrasi vagina, organ intim perempuan. (Shutterstock)
Tubuh perempuan yang sudah menopause mengalami banyak perubahan. Salah satunya adalah hal yang berhubungan dengan vaginanya, seperti mengkerutnya bagian tersebut, karena mulai berkurangnya estrogen.
Karenanya, banyak perempuan yang merasa takut mengalami hal ini. Tapi sebenarnya, tidak semua perempuan menopause mengalami kondisi vagina mengkerut tersebut. Sebagian besar perubahan pada vagina terjadi tak kasat mata, bahkan banyak pula perempuan yang tidak mengalami perubahan sama sekali.
Namun, karena adanya penurunan tingkat estrogen selama menopause, vagina menjadi kehilangan beberapa kekuatan. Estrogen selama ini dikenal memiliki fungsi penting bagi vagina, mulai dari elastisitas selaput vagina, fleksibilitas jaringan di sekitar vagina serta untuk penciptaan pelumasan pada leher rahim. Kulit di sekitar vagina dan vulva juga dapat menjadi lebih tipis dan terasa kering saat menopause.
Dalam aktivitas seks, vagina menjadi sulit untuk menghasilkan pelumasan alami. Perubahan ini mungkin menyebabkan hubungan seksual terasa sakit atau tidak nyaman. Tidak mengherankan jika sekitar 40 persen perempuan menopause mela[porkan nyeri selama aktivitas seksual mereka.
Sebagai akibat dari kekeringan yang disebabkan di dalam vagina, perempuan menopause sering merasa gatal dan perih pada bagian sensitif mereka.
Tapi, tahukah Anda jika sebenarnya untuk semua kondisi ini, ada beberapa pengobatan atau perawatan yang bisa Anda lakukan? Salah satunya adalah pelembab vagina bisa sangat membantu Anda.
Pelembab vagina berbeda dari pelumas. Pengobatan ini harus digunakan setiap hari atau beberapa hari dalam seminggu agar kondisi vagina bisa lebih bersahabat. Ketika mencoba untuk berhubungan seks, Anda juga bisa menggunakan pelumas alami seperti minyak kelapa. Bahan satu ini juga memiliki sifat antibakteri dan antijamur, karenanya minyak kelapa bisa melindungi vagina dari infeksi.
Anda juga bisa menggunakan krim atau memasukkan kapsul yang mengandung estrogen untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jika ini tidak membantu, konsultasikan dengan dokter Anda dan pergi untuk terapi penggantian hormon.
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan