Suara.com - Anak bergizi baik merupakan hal yang harus diperhatikan oleh setiap orangtua. Sebagaimana dituturkan Ketua Umum PP Perhimpunan Gizi Medik Indonesia (PDGMI), Endang L Achadi, selain baik untuk perkembangan dan pertumbuhannya, anak bergizi baik juga terhindar dari risiko penyakit tidak menular, seperti jantung, stroke atau diabetes, saat mereka tumbuh dewasa.
Setidaknya, lanjut Endang, orangtua harus mengenali 10 tanda umum anak bergizi baik, yang dimulai dari tinggi badan dan berat badan sesuai umur, tubuh kuat dan kencang, postur tegap, serta kulit yang sehat. Tanda lainnya adalah rambut yang berkilau, mata yang jernih, tanggap dan ceria, nafsu makan baik, buang air besar teratur, serta yang terakhir adalah bisa tidur dengan nyenyak.
"Untuk mencapai hal tesebut, ada empat pilar gizi seimbang yang harus diperhatikan orangtua untuk anak-anaknya. Pilar gizi ini juga bisa dikenalkan pada anak, agar mereka paham konsep gizi seimbang," ujar Endang, dalam pengumuman pemenang program Dokter Kecil-Mahir Gizi (DKMG) di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Selasa (20/12/2016).
Empat pilar gizi tersebut, lanjut Endang, yang pertama adalah makan beraneka ragam. Seorang anak sangat penting untuk mendapatkan makanan beraneka ragam.
Untuk mudahnya, dia menyarankan coba menggunakan pedoman "Piring Makanku". Caranya: isi separuh piring dengan lauk pauk dan karbohidrat, namun lebih banyak karbohidratnya. Lalu separuhnya lagi bisa diisi dengan sayur dan buah, namun lebih banyak sayurnya.
"Saat ini, peran susu sepadan dengan protein, seperti telur, ayam atau daging. Kalau tidak ada susu, boleh pakai protein lain. Tapi kalau ada, ya, tidak apa-apa diminum sebagai penambah," kata dia.
Masih menurut Endang, pilar gizi kedua adalah melakukan kegiatan fisik dan olahraga selama 30 menit setiap harinya. Kemudian yang ketiga, kata Endang, adalah pola hidup bersih, seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah buang air, dan selalu menggunakan alas kaki.
Lantas, pilar terakhir adalah memonitor berat badan. Hal ini cukup penting untuk dilakukan, agar orangtua mengetahui berat badan anaknya, termasuk yang terlalu kurus, normal atau terlalu gemuk.
"Berat badan itu kalau bertambah dan berkurang pelan-pelan. Kalau jarang dimonitor, nanti tiba-tiba anak kurang gizi, atau terlalu gemuk. Dimonitor itu untuk menghindari hal itu, supaya secepatnya ditangani," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis