Suara.com - Sepertinya para ilmuwan telah membuat langkah lebih dekat dalam menemukan obat untuk menghalau bakteri superbug atau bakteri yang resisten terhadap mayoritas antibiotik yang biasa digunakan saat ini.
Para peneliti dari George Mason University telah mengembangkan cara baru untuk membunuh bakteri superbug sekaligus memacu sel-sel tubuh untuk menyembuhkan luka lebih cepat. Kuman tempur yang disebut "Drgn-1" berasal dari peptida yang ditemukan pada hewan endemik Indonesia, yaitu seekor komodo bernama Tujah, yang tinggal di St Augustine Alligator Farm Zoological Park di Florida.
Komodo memang terkenal hidup di lingkungan kaya bakteri yang secara ajaib, jarang sekali jatuh sakit. Hal tersebut menunjukkan jika komodo memiliki kekebalan tubuh bawaan yang kuat.
"Peptida pada kuman tempur sintetis adalah pendekatan baru dan berpotensi mengalahkan bakteri yang telah tumbuh resisten terhadap antibiotik konvensional," kata ahli mikrobiologi Monique van Hoek dari George Mason University di AS.
Dia dan tim peneliti memanfaatkan peptida antimikroba yang mewakili jutaan tahun evolusi dalam melindungi sistem kekebalan tubuh dari infeksi berbahaya.
Peptida adalah molekul protein kecil dan berperan di garis depan sistem kekebalan tubuh kita. Mereka adalah molekul pejuang yang melawan infeksi sampai antibodi dibuat.
Para peneliti menemukan lebih dari 200 lebih peptida pada Komodo dan salah satu peptida ini yang memberikan inspirasi bagi DGRN-1. Tim peneliti, termasuk profesor Barney Bishop dari George Mason University, mengulang blok bangunan kecil peptida, yang disebut asam amino, untuk membuat modifikasi, versi sintetis dari peptida komodo dan menyebutnya Drgn-1 untuk menghormati komodo.
"Peptida Drgn-1 bukan peptida alami dari komodo, ini telah diubah untuk menjadi lebih kuat, lebih baik dari segi potensi dan stabilitas," kata van Hoek.
Dalam percobaan pada tikus, Drgn-1 bekerja dengan baik terhadap dua bakteri “super” yang dikenal sebagai pseudomonas aeruginosa dan staphylococcus aureus, yang juga dikenal sebagai MRSA. Peptida sintetik membunuh bakteri sekaligus merangsang sel-sel untuk mempercepat penyembuhan pada luka.
"Langkah-langkah berikutnya untuk Drgn-1 adalah untuk mengembangkannya menjadi produk penyembuhan luka untuk kedokteran hewan sebelum pindah ke produk yang dirancang untuk manusia," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas