Suara.com - ASI memang sangat penting bagi bayi, karena susu merupakan satu-satunya sumber nutrisi untuk enam bulan pertama kehidupan bayi, sesuai dengan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia.
Tak hanya itu, menyusui juga dapat mengurangi tingkat stres ibu, serta risiko depresi pascamelahirkan. Namun dari segala macam manfaat yang diberikan oleh ASI dan menyusui, beberapa ibu salah kaprah dan merasa bahwa masa menyusui yang lama akan memiliki keuntungan tambahan dan mungkin lebih baik.
Apa yang tidak tahu adalah para ibu telah menempatkan bayi mereka pada risiko masalah gigi berlubang. Sebuah penelitian telah menemukan bahwa anak-anak yang disusui selama dua tahun atau lebih lama cenderung memiliki gigi berlubang.
Periset menganalisa perilaku menyusui dan konsumsi gula untuk 1.129 anak di Pelotas, Brasil. Pada usia lima tahun, anak-anak mengunjungi dokter gigi, dan diperiksa karena permukaan gigi yang membusuk, hilang dan penuh dan karies anak usia dini, atau lubang parah.
Di antara anak-anak dalam penelitian ini, 23,9 persen memiliki lubang parah dan 48 persen memiliki setidaknya satu permukaan gigi yang berlubang. Anak-anak yang disusui selama dua tahun atau lebih memiliki risiko 2,4 kali lebih tinggi mengalami lubang berat, dibandingkan dengan mereka yang mendapat ASI kurang dari satu tahun.
"Ada beberapa alasan untuk menjelaskan hubungan semacam itu," kata Karen Peres, penulis utama studi, sekaligus profesor di University of Adelaide di Australia dilansir Zeenews.
Pertama, lanjut dia, anak-anak yang terpapar ASI lebih dari 24 bulan biasanya diberi ASI pada malam hari. Kedua, frekuensi menyusui yang lebih tinggi dan menyusui nokturnal sesuai permintaan membuat sangat sulit untuk membersihkan gigi pada periode ini.
Namun, penelitian tersebut menemukan bahwa menyusui antara 12 dan 23 bulan tidak membawa, serta risiko rongga yang lebih tinggi. Sekitar seperempat anak diberi ASI selama 24 bulan atau lebih.
Marcia Vitolo, seorang profesor ilmu kesehatan di Universitas Kesehatan Ilmu Federal di Porto Alegre, Brasil, mengatakan bahwa dia juga percaya bahwa menyusui pada frekuensi tinggi, dan juga jumlah gula yang dimakan, dapat menjelaskan alasan hasil penelitian ini. Vitolo tidak terlibat dalam penelitian ini namun telah melakukan studi serupa tentang dirinya sendiri.
Baca Juga: Komunitas Ini Bantu Ibu Hamil Hadapi Persalinan dengan Tenang
"Saya percaya bahwa ada hubungan antara menyusui dan gigi berlubang saat lingkungan tidak sehat, seperti ada frekuensi menyusui yang tinggi pada siang dan malam hari dan konsumsi permen," katanya.
Studi ini juga menemukan hubungan antara karakteristik sosioekonomi yang dapat menyebabkan risiko anak yang mengalami karies gigi lebih tinggi. Jika keluarga memiliki pendapatan lebih rendah atau ibu dengan tingkat pendidikan rendah, anak-anak cenderung memiliki lebih banyak lubang pada gigi dan memiliki risiko lebih tinggi mengalami gigi yang berlubang parah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara