Berbagai penelitian telah mengkonfirmasi hasil yang sangat efektif pada teori musik sebagai media penyembuhan untuk situasi stres emosional dan atau mental.
Tapi ternyata, ini tidak hanya berdampak pada manusia, tapi juga pada hewan, yang telah ditunjukkan oleh banyak penelitian.
Menambahkan efek positif dari musik terhadap kesehatan, sebuah studi terbaru telah mendorong orangtua agar mengizinkan anak-anak mereka mempelajari instrumen musik jika mereka menunjukkan minat terhadapnya.
Menurut penelitian, memainkan alat musik sepanjang hidup dapat membantu memperbaiki hubungan antara area pendengaran otak dan zona motorik.
Temuan juga menunjukkan bahwa pelatihan musik menghasilkan peningkatan interaksi motorik audio di otak bagian kanan saat beristirahat. "Ini menunjukkan bahwa ketika seorang musisi berlatih dan menghabiskan bertahun-tahun belajar memainkan alat musik, ada hubungan yang efektif antara sistem pendengaran dan motorik," kata Maraca Angeles Palomar-Garcia, Peneliti di Universitat Jaume I (UJI), Spanyol.
Selanjutnya, penelitian tersebut juga mengungkapkan adaptasi di area otak seorang musisi yang bertanggung jawab mengendalikan pergerakan tangan.
Secara khusus, seseorang yang berlatih musik memiliki otonomi yang lebih besar di antara kedua tangan mereka. "Ini mungkin cerminan keterampilan yang lebih besar pada kedua tangan dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki pelatihan musik, karena kebutuhan untuk menggunakan kedua tangan dengan cara yang independen dan terkoordinasi untuk memainkan alat musik mereka," Palomar-Garcia menjelaskan.
Untuk penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Cerebral Cortex, tim mempelajari dampak pelatihan musik di otak melalui gambar fungsional dan struktural otak saat istirahat melalui pencitraan resonansi magnetik medan tinggi.
Studi tersebut juga mengungkapkan tingkat plastisitas otak, yang mengindikasikan bahwa otak mampu beradaptasi dengan sendirinya. "Studi tentang plastisitas otak yang terkait dengan pembelajaran sangat penting untuk memahami faktor-faktor yang menentukan fleksibilitas otak untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu," kata César Avila. [zeenews]
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Aksi Jatuh Bareng: Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Terkoreksi
-
4 HP RAM 12 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik untuk Gamer dan Multitasker Berat
-
Perusahaan BUMN dan Badan Negara Lakukan Pemborosan Anggaran Berjamaah, Totalnya Rp43 T
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
Terkini
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?