Suara.com - Kerja shift biasa diartikan sebagai pekerjaan pada jam tertentu yang diupayakan perusahaan untuk memaksimalkan produktivitas. Kerja shift memiliki keuntungan bagi para pekerjanya, antara lain dapat melakukan aktivitas lain di pagi dan siang hari, seperti mengurus keluarga, dan masuk kerja di malam harinya.
Meski begitu, bekerja shift di malam hari ternyata kerap membuat mereka yang menjalaninya merasa lelah. Bukti medis memang menunjukkan, jam kerja tidak teratur dapat memengaruhi kesehatan dalam jangka waktu yang panjang.
Bukan tak beralasan, kerja shift ternyata dapat meningkatkan risiko gangguan tertentu dan memiliki dampak negatif bagi kesehatan pekerja, karena pada dasarnya jam internal tubuh kita dirancang untuk aktif pada siang hari dan tidur di malam hari.
Dr BV Prathibha, konsultan dokter pernapasan yang berbasis di Kent, juga menyarankan pada pelaku shift malam untuk minum obat tidur. Pasalnya, dia merawat orang-orang dengan gangguan tidur yang umum seperti sleep apnea, insomnia dan somnambulism (tidur berjalan).
Metro.co.uk berbicara kepadanya tentang mengapa mereka yang mengubah pola tidur kerap merasa sangat lelah, dan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Sebagai permulaan, Dr Prathibha mengungkapkan 'jam tubuh' bukanlah mitos, dan ini sangat nyata serta sangat penting.
"Tubuh kita memiliki jam tubuh internal yang terletak di nukleus suprachiasmatik, di hipotalamus di otak. Ini secara spontan menghasilkan ritme sirkadian yang mengatur berbagai fungsi di tubuh kita, termasuk pengendalian suhu, produksi hormon, dan kondisi tidur," kata Dr Prathibha.
"Irama sirkadian (proses biologis yang menunjukkan osilasi endogen dan berulang setiap sekitar 24 jam) berjalan selama 24 jam, dan sangat dipengaruhi siklus alami cahaya dan kegelapan. Jadi tubuh biasanya terbiasa waspada dan terjaga di siang hari, dan mulai tertidur di malam hari. Kegelapan juga mendorong pelepasan hormon yang disebut melatonin, yang mendorong orang untuk tidur," sambungnya.
Lebih lanjut, Dr Prathibha mengatakan, kondisi ini yang menunjukkan mengapa orang secara alami tetap terjaga saat siang hari, dan tertidur di malam hari saat gelap.
"Orang dewasa membutuhkan satu jam tidur setiap dua jam untuk bangun, jadi sekitar delapan sampai sembilan jam sehari dari 24 jam. Ini menghasilkan tidur yang menyegarkan yang membuat kita tetap terjaga dan waspada di siang hari," jelasnya.
Baca Juga: Ini 4 Keuntungan yang Para Pekerja Shift Malam
Dr Prathibha juga menjelaskan, pergeseran waktu istirahat di malam hari saat sedang bepergian turut membuat seseorang merasa lelah.
"Pergeseran waktu malam menyebabkan masalah yang sama seperti saat kita bekerja di malam hari, karena tubuh seharusnya tidur. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan konsentrasi. Ini juga diperparah oleh fakta bahwa orang tersebut perlu tidur di siang hari, dan jam tubuh secara alami akan mulai terbangun," paparnya.
"Biasanya, pekerja shift malam tidur untuk jangka waktu yang lebih pendek daripada yang disarankan delapan sampai sembilan jam, jadi mereka memiliki periode tidur yang lebih pendek dengan kualitas buruk, mengakibatkan kurang tidur dan kehilangan waktu tidur," lanjutnya lagi.
Namun, bagaimana jika Anda tetap harus kerja shift di malam hari? Bagaimana cara yang dilakukan untuk bisa memperbaikinya?
"Seberapa baik jam tubuh kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan baru bergantung pada sejumlah hal. Untuk jet-lag, biasanya dibutuhkan sekitar 48 jam bagi seseorang menyesuaikan diri dengan zona waktu yang baru, tapi ini juga tergantung pada seberapa cepat Anda mengubah kebiasaan tidur. Jika Anda tidur di zona waktu baru daripada mengikuti zona waktu lama, maka itu akan membantu. Anda juga bisa minum suplemen melatonin satu jam sebelum tidur di waktu baru Anda, untuk membantu mereda ke zona waktu yang baru," ungkap Dr Prathibha.
"Bagi pekerja shift, ada dua pola yang berbeda yang harus mereka sesuaikan. Pertama, waktu yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan pola kerja baru akan tergantung pada seberapa baik mereka mempersiapkan diri untuk shift malam di waktu sebelumnya. Jadi, jika mereka memiliki tidur yang nyenyak sehari sebelum mereka memulai shift malam, ini juga tergantung pada apakah mereka bisa mendapatkan delapan sampai sembilan jam tidur di siang hari setelah malam hari," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
Terkini
-
Anak Rentan DBD Sepanjang Tahun! Ini Jurus Ampuh Melindungi Keluarga
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental