Suara.com - Hingga saat ini, penyakit kardiovaskuler dan stroke menduduki peringkat pertama penyebab kematian masyarakat di seluruh dunia.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh lembaga kesehatan dunia, WHO pada 2015 tercatat, 30 persen atau 17,5 juta kematian dari 58 juta jumlah kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler atau penyakit yang menyerang jantung dan pembuluh darah.
Dari seluruh angka tersebut, penyebab kematian terbagi menjadi karena serangan jantung sekitar 7,6 juta jiwa, stroke dengan 5,7 juta jiwa dan oleh penyakit jantung serta pembuluh darah sebesar 4,2 juta jiwa.
WHO memprediksi hingga tahun 2030, kasus kematian akibat penyakit kardiovaskuler akan terus meningkat hingga mencapai 23,6 juta jiwa di seluruh dunia. Meski begitu, jika menurunkan risiko penyakit kardiovaskular bisa mencapai 80 persen dengan menerapkan gaya hidup sehat pada makan dan minum, aktif berolahraga dan berhenti merokok.
Untuk itu, Yayasan Jantung Indonesia selalu menggalakkan gerakan Panca Usaha Jantung SEHAT yaitu Seimbangkan gizi, Enyahkan rokok, Hadapi dan atasi stres, Awasi tekanan darah dan Teratur berolahraga.
"Dalam segi medis, perkembangannya cukup baik. Secara kemampuan dan teknologi, kita hampir punya semua alat-alat terbaru. Dokter kita juga telah latihan dengan beban kerja dan pengalaman yang cukup baik," kata anggota Yayasan Jantung Indonesia, dr. Siska Suridanda Danny, Sp.JP(K) saat acara Peringatan Hari Jantung Sedunia 2017 di Kantor YJI, Jakarta Pusat, Kamis (14/9/2017).
Meski begitu, Siska menjelaskan, tren penderita penyakit jantung semakin mengkhawatirkan karena semakin banyak orang muda kena serangan jantung koroner.
"Untuk penyakit jantung koroner, tren yang sangat mengkhawatirkan. Karena 10 tahun terakhir banyak (menyerang) yang lebih muda. Normalnya terjadi pada usia 65 tahun, di Indonesia, 10 tahun lebih dini," ungkap Siska.
Untuk itu, Siska menyarankan masyarakat selalu menjaga pola hidup sehat dan rajin melakukan pemeriksaan rekam jantung atau EKG.
Baca Juga: Cegah Penyakit Kardiovaskular, Yuk Kerja Sambil Berdiri di Kantor
"Masyarakat kita itu cuek dan kurang concern. Jadi harus kita ingatkan terus tentang bahayanya," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah