Suara.com - Ada banyak penyebab stres di tempat kerja seperti beban pekerjaan yang melebihi kemampuan, masalah dalam hubungan interpersonal seperti dengan atasan maupun rekan kerja, pola kerja shift yang memberatkan hingga manajemen perusahaan yang amburadul.
Pada gilirannya stres pekerjaan bisa membuat produktivitas seseorang menurun. Oleh karena itu dokter spesialis okupasi, Nuri Purwito Adi mengatakan penting bagi karyawan untuk mengenali gejala stres yang dideritanya. Begitu juga dengan atasan, agar dapat lebih peka dengan tekanan yang dihadapi pekerjaanya.
"Masalah kesehatan mental merupakan salah satu masalah di pekerja. Survei menunjukkan bahwa 1 dari lima pekerja mengalami gangguan kesehatan mental dimana hal ini menyebabkan pekerja tidak akan produktif saat bekerja," ujar dia pada Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Jakarta, Kamis (5/10/2017).
Lalu apa gejala yang menunjukkan karyawan mengalami stres akibat pekerjaannya? Nuri menjelaskan bahwa gejala stres bisa berupa fisiologis yakni adanya gangguan pencernaan, kardiovaskular dan hormonal yang dialami pekerja. Selain itu bisa juga ditunjukkan dengan gejala psikologis seperti raut muka yang sedih, depresi dan kecenderungan marah-marah.
"Gejala fisik yang bisa hilang timbul, misalnya sudah diobati sembuh, kemudian bisa kambuh lagi. Biasanya masalah yang muncul adalah masalah pencernaan, kardiovaskular, dan hormonal. Jadi lebih sering klaim asuransi berobat," tambah dia.
Semua gejala ini, kata Nuri, harus mendapatkan intervensi dari pihak perusahaan seperti menyediakan fasilitas konseling serta memberikan hak cuti dan hak libur bagi karyawan yang mengajukan.
Sedangkan dari sisi pekerja, bisa dilakukan upaya promotif preventif seperti menurunkan tingkat stres dengan melakukan hal-hal positif yang disenangi seperti berlibur, mencari hiburan atau curhat ke orang terdekat.
"Jika tidak segera diintervensi maka gejala stres ini bisa mengarah ke gangguan perilaku. Bisa berupa presenteeisme, jadi orangnya tetap masuk kerja, tapi karena dia stres jadi nggak produktif. Atau bisa juga absenteisme dimana pekerja jadi sering tidak masuk kerja, karena berbagai alasan," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia