Suara.com - Bayi yang lahir sebelum waktunya atau disebut prematur harus sesegera mungkin menjalani pemeriksaan retinopati prematuritas (ROP) sebelum memasuki usia 42 pekan.
Guru Besar dari Departemen Ilmu Kesehatan Mata Universitas Indonesia Prof. Dr. Rita Sita Sitorus, SpM (K), PhD mengungkapkan, jika ditemukan adanya gejala ROP, maka bisa mencegah bayi prematur dari risiko kebutaan.
"Pada prinsipnya semua bayi prematur harus di-skrining ROP. Dokter anak biasanya akan melihat apakah bayi prematur harus di-skrining ROP atau tidak. Karena kalau ditemukan ROP di atas usia 42 minggu, sudah terlambat untuk penanganan," kata dia dalam temu media 'Seeing is Believing' di Jakarta, Jumat (27/10/2017).
Lebih lanjut, dia mengungkapkan, penanganan kondisi ROP bisa dilakukan dengan empat metode. Yaitu, observasi, pemberian suntikan, laser hingga pembedahan. Penanganan sedini mungkin dapat mengembalikan kemampuan anak melihat secara normal.
"Penanganan apakah hanya observasi saja, suntikan, atau laser atau bedah itu ditentukan dokter. Kalau stadium A bisa laser, kalau stadium lanjut bisa dilakukan operasi, kalau lebih lanjut lagi nggak bisa diapa-apain. Oleh karena itu penting skrining sesegera mungkin begitu anak lahir prematur," jelas dia.
Selain kondisi Retinopati Prematuritas, Prof Rita menyebut beberapa penyebab kebutaan pada anak. Beberapa di antaranya, seperti infeksi, katarak, kekurangan vitamin A atau adanya kelainan genetik.
"Gejalanya kalau awal hampir tidak ada. Untuk itu pastikan skrining kondisi mata anak, jangan tunggu gejala karena biasanya itu sudah terlambat," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis