Suara.com - Gerai atau kedai kopi yang menjamur di pusat-pusat kota ternyata mendatangkan kebiasaan baru bagi kaum urban untuk ngopi. Apalagi kini terdapat varian kopi yang cenderung light seperti kopi susu sehingga cocok bagi pemula untuk menjadikan kopi sebagai sebuah gaya hidup.
Sayangnya, tren ngopi yang kini sedang naik daun turut berakibat pada banyaknya keluhan kesehatan yang dilaporkan para dokter. Menurut dr. Annisa Maloveny SpPD dari RS Hermina Grandwisata, pasien datang biasanya dengan keluhan maag atau kenaikan asam lambung.
Pasalnya, kata dia, kopi dapat menaikkan produksi asam lambung terutama jika dikonsumsi dalam kondisi perut kosong. Untuk itu, Annisa menyarankan agar minum kopi dilakukan 1-2 jam setelah makan.
"Begitu juga dengan mereka yang punya faktor risiko hipertensi dan jantung itu sebaiknya berhati-hati, karena kafein bersifat stimulan yang membuat jantung berdebar-debar dan tekanan darah meningkat," ujar dia pada acara yang dihelat Halodoc di Jakarta, Kamis (9/11/2017).
Meski demikian, Annisa menambahkan, kopi tak selalu berefek negatif bagi tubuh. Ada juga manfaat yang dirasakan setelah mengonsumsi kopi, terutama tanpa tambahan gula maupun susu, karena biji kopi sendiri kaya akan antioksidan.
Kandungan ini membuat kopi dapat mencegah berbagai penyakit seperti kanker, diabetes hingga penyakit jantung.
"Tapi kembali lagi ke dosis. Dalam satu cangkir kopi itu terdiri dari 100 mg kafein. Batas aman sehari 300-400 mg kafein per hari atau sekira 3-4 cangkir kopi," ujar dia.
Jika berlebih, Annisa mengatakan, beberapa dampak negatif akan muncul, antara lain insomnia, obesitas, buang air kecil yang terus menerus, meningkatnya tekanan darah, masalah menstruasi, dan risiko asam urat.
Bahkan kelebihan kafein dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan sejumlah masalah kesehatan yang lebih serius, seperti masalah lambung, terganggunya sistem kardiovaskular, kerusakan tulang, daya ingat terganggu, menurunnya kinerja mental, memicu produksi hormon kortisol dan yang paling parahnya dapat memengaruhi kesuburan wanita atau bahkan keguguran.
"Sah-sah saja menjalankan gaya hidup sesuai kebutuhan, namun perlu diingat bahwa segala sesuatu tetap ada batasnya. Jika merasakan gangguan yang berlanjut, segera konsultasikan pada dokter Anda," ujar dokter yang juga melayani konsultasi di aplikasi Halodoc ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
Terkini
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya