Suara.com - Selama ini orang kerap buru-buru memeriksakan kondisinya ke dokter saat mengalami demam. Bahkan sebagian orang memilih untuk mengonsumsi antibiotik penurun demam tanpa resep dokter.
Padahal demam merupakan kondisi dimana suhu tubuh meningkat sebagai respon adanya infeksi virus atau bakteri di dalam tubuh. Penyebab pasti dari demam harus diketahui untuk menentukan pengobatan yang tepat.
Mariyatul Qibtyah dari Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba mengatakan bahwa konsumsi antibiotik yang tak tepat guna dapat memicu terjadinya resistensi antibiotik. Untuk itu ia mengimbau agar masyarakat yang mengalami demam lebih dari tiga hari melakukan tes darah di laboratorium sehingga dapat diketahui penyebab dari demam yang dialaminya.
"Kalau demam tidak turun hingga tiga hari maka lakukan tes laboratorium. Kalau sel darah putih meningkat bisa curiga karena infeksi bakteri, dan pemberian antibiotik bisa dilakukan. Sebaliknya kalau cek lab semua normal berarti penyebabnya virus dan tidak perlu dikasi antibiotik," ujar Mariyatul pada Peringatan Pekan Kesadaran Resistensi Antibiotik di Kementerian Kesehatan, Selasa (14/11/2017).
Selain demam, penyakit lain yang sebaiknya tak diatasi dengan antibiotik adalah batuk dan flu. Dokter spesialis farmakolog, Masfar Salim, Ms dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia mengatakan bahwa ketika mengalami batuk dan flu, sebaiknya seseorang mengistirahatkan tubuhnya sembari memperbanyak konsumsi sayur dan buah.
Obat-obatan pereda flu dan batuk yang dijual bebas juga boleh dikonsumsi. Jika tiga hari kondisi tak juga membaik, baru, kata dia, pasien bisa memeriksakan kondisinya ke dokter.
Pasalnya jika disebabkan oleh virus, biasanya dalam waktu kurang dari tiga hari gejala batuk dan flu akan mereda.
"Sedikit banyak sudah memfilter kalau sakit flu murni karena virus ada perbaikan selama tiga hari. Karena dari pihak dokter juga tidak semuanya paham harus meresepkan antibiotik pada tahap mana, mau cepat sehingga langsung diresepkan antibiotik. Ini berbahaya sekali karena bakteri bisa resisten," tambah Salim.
Resistensi antibiotik memang menjadi penyebab kasus kematian yang tak sedikit, yakni mencapai 700 ribu kasus dalam kurun waktu setahun pada 2013.
Dirjen Farmakes Kementerian Kesehatan, Maura Linda Sitanggang mengatakan pihaknya mendorong pada tenaga kesehatan baik dokter sebagai pemberi resep dan apoteker untuk memberikan antibiotik secara tepat guna kepada pasien. Ia juga mengimbau pada masyarakat agar tak mengonsumsi antibiotik tanpa resep dokter dan menyimpannya sebagai obat cadangan di rumah.
"Kalau diberi antibiotik harus dihabiskan dan dosisnya harus sesuai. Kalau tidak mikroba dalam tubuh akan kebal terhadap obat tersebut. Dikhawatirkan ketika bakteri kebal dengan banyak antibiotik maka pasien tidak bisa diobati dengan antibiotik apapun dan berujung pada kematian," pungkas Maura.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien