Suara.com - Kasus kebutaan pada anak tak boleh disepelekan. Pasalnya, kebutaaan pada anak dapat menurunkan kualitas hidupnya saat dewasa.
Data menyebut sekitar 1.5 juta anak di dunia mengalami kebutaan, dan 85 persen adalah anak-anak di negara berkembang termasuk Indonesia.
Sementara itu, dokter spesialis anak dari RSCM, Rita Sitorus, SpM (K) mengatakan hampir setengah juta anak di dunia mengalami kebutaan permanen. Itu artinya, generasi penerus ini akan menjalani kehidupan dewasanya dengan gangguan penglihatan.
"Kebutaan pada anak beban biayanya sangat tinggi, karena kalau tahu anak buta dari lahir atau dari usia anak, masa kebutaan jadi panjang. Apalagi kalau dia bisa bertahan hidup hingga tua dan seterusnya," ujar Rita pada peluncuran program Jak-ROP di RSCM Kiara Jakarta, Jumat (17/11/2017).
Pada gilirannya, kata dia, tingginya kasus kebutaan pada anak bisa membebani pemerintah di mana produktivitas warganya berkurang. Hal yang sama juga dialami keluarga dari anak yang mengalami kebutaan.
"Beban ekonomi dari kebutaan tinggi karena kehilangan produktivitasnya pada pemerintah, keluarga maupun masyarakatnya 23 kali lebih tinggi daripada kebutaan saat dewasa," tambah Rita.
Oleh karena itu, penting untuk mencegah kebutaan pada anak. Pada bayi prematur, lanjut dia, kasus kebutaan disebabkan oleh kondisi Retinopati Prematuritas (ROP).
Pencegahan ROP bisa dilakukan dengan langkah deteksi dini.
"Gangguan mata ROP dapat terjadi dalam tahap ringan, dimana dapat dilakukan perbaikan secara spontan, namun pada kasus yang berat dapat mengakibatkan lepasnya retina dan pada akhirnya mengakibatkan kebutaan permanen," tambah dokter spesialis anak dari RSCM, dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A (K).
Ia pun mengingatkan, deteksi dini dan penanganan harus dilakukan maksimal saat usia bayi 42 minggu, terhitung sejak dalam kandungan agar ROP tak berkembang menjadi kebutaan permanen.
"Karena kalau ditemukan ROP di atas usia 42 minggu, sudah terlambat untuk penanganan," pungkas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas