Suara.com - Kelebihan berat badan pada orang yang sudah tua alias lansia dapat mengakibatkan aliran darah menuju otak berkurang sehinga mengganggu fungsi mental.
Fakta tersebut mendukung penemuan sekelompok peneliti dari London yang menyimpulkan bahwa risiko demensia naik sepertiga bagi orang yang kelebihan berat badan.
Mereka adalah orang-orang tua di atas usia 50 tahun dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang berat hingga berisiko mengembangkan kondisi demensia saat memasuki usia 70-an tahun.
Untuk setiap kenaikan IMT sebanyak lima poin, itu artinya risiko demensia naik antara 16 persen hingga 33 persen.
Penelitian yang dilakukan terhadap 1,3 juta orang ini menjadi peringatan atas bahaya kesehatan yang "mengancam jiwa" dari fenomena kegemukan.
Tam Fry, dari Forum Obesitas Nasional, mengatakan, "Menghubungkan demensia dengan obesitas mungkin sedikit berlebihan. Namun seperti yang ditunjukkan oleh makalah ini, harus tetap diwaspadai. Ketidaktahuan bukanlah kebahagiaan. Gemuk di usia senja sering kali bisa mengancam jiwa."
Profesor Mika Kivimaki, dari University College London yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan pada 2015, jumlah penderita demensia di seluruh dunia mencapai hampir 45 juta, dua kali lipat sejak 1990.
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa menjaga berat badan yang sehat dapat mencegah, atau paling tidak, menunda kondisi demensia.
Profesor Kivimaki dari UCL's Institute of Epidemiology & Health, mengatakan dalam beberapa kasus, pasien demensia biasanya mengalami kelebihan berat badan 20 tahun sebelumnya hingga kemudian kehilangan berat badan dan didiagnosis mengalami demensia.
"Dalam penelitian kolaboratif ini, lebih dari 1,3 juta orang dewasa dari Eropa, Amerika Serikat dan Asia memiliki IMT yang cukup tinggi dan dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia ketika berat badan diukur 20 tahun sebelumnya," kata Kivimaki dilansir dari Express.co.uk.
Penurunan berat badan ini bisa disebabkan oleh gangguan kognitif yang mengarah pada gangguan perawatan diri dan juga berkurangnya nafsu makan karena berkurangnya indera penciuman pada penderita.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental